Pangeran Samudera tertarik dengan ajaran Islam dan memutuskan untuk masuk Islam.
Ia juga mendapat dukungan dari komunitas Melayu di Banjar, yang bersedia menjadi pelindungnya asalkan mereka tidak perlu membayar upeti kepada Negara Daha.
Dengan demikian, Pangeran Samudera mendirikan kerajaan baru yang bercorak Islam, yaitu Kesultanan Banjar.
Masa Kejayaan Kesultanan Banjar
Kesultanan Banjar mengalami masa kejayaan pada abad ke-17 Masehi, yaitu pada masa pemerintahan Sultan Mustain Billah (1595-1620), Sultan Inayatullah (1620-1637), dan Sultan Saidullah (1637-1642).
Pada masa ini, Kesultanan Banjar berhasil memperluas wilayah kekuasaannya hingga mencakup sebagian besar Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur.
Kesultanan Banjar juga menjalin hubungan dagang dengan berbagai negara, seperti Aceh, Johor, Makassar, Mataram, Siam, Cina, dan Belanda.
Komoditas dagang utama Kesultanan Banjar adalah lada, yang sangat diminati oleh pasar internasional.
Kesultanan Banjar juga mendapat keuntungan dari upeti yang dibayar oleh daerah-daerah bawahan, seperti Kotawaringin, Sukadana, Kutai, Pasir, Berau, Bulungan, dan Sambas.
Selain itu, Kesultanan Banjar juga mengembangkan budaya dan peradaban yang maju, dengan menghasilkan karya-karya sastra, seni, dan hukum yang berdasarkan pada ajaran Islam.
Salah satu tokoh terkemuka dari Kesultanan Banjar adalah Muhammad Arsyad Abdullah Al-Banjari, seorang ulama yang lahir pada tahun 1710 Masehi.
Baca Juga: Misteri Kerajaan Kandis Kerajaan Tertua yang Konon Sudah Berdiri Sejak 1 SM di Nusantara
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR