Pasukan Belanda yang mundur dari Batavia dan Bogor mempersiapkan garis pertahanan di perlintasan gunung menuju Bandung, yang merupakan kota terbesar kedua di Jawa.
Salah satu titik pertahanan yang penting adalah Perlintasan Ciater, yang memiliki peranan strategis dalam upaya pertahanan kota Bandung.
Di sini, pasukan Belanda yang berjumlah sekitar 9.000 orang, yang terdiri dari tentara, polisi, dan sukarelawan, berhadapan dengan pasukan Jepang yang berjumlah sekitar 3.000 orang, yang dipimpin oleh Kolonel Toshinari Shōji.
Pertempuran Perlintasan Ciater berlangsung dari tanggal 5 hingga 7 Maret 1942.
Pasukan Belanda yang dipimpin oleh Mayor Jenderal Jacob Pesman dan Kolonel W.J. de Veer berusaha untuk menghentikan laju pasukan Jepang yang menuju Bandung.
Pasukan Belanda juga mendapat dukungan dari pesawat-pesawat tempur dari Angkatan Udara Britania Raya.
Namun, pasukan Jepang yang memiliki keunggulan dalam hal kualitas prajurit, persenjataan, dan dukungan angkatan udara, berhasil menembus garis pertahanan Belanda yang kekurangan personil dan persediaan.
Pasukan Jepang juga menggunakan taktik gerilya dan infiltrasi untuk mengacaukan pertahanan Belanda.
Setelah tiga hari pertempuran, pasukan Belanda terpaksa mundur dari Perlintasan Ciater dan kembali ke Bandung.
Pasukan Jepang terus mengejar pasukan Belanda hingga ke Lembang, yang merupakan kota kecil di utara Bandung.
Di sini, pasukan Belanda membuat benteng terakhir untuk melindungi Bandung.
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR