Dengan tekadnya, Sultan Ageng Tirtayasa berhasil merebut sejumlah kapal VOC dan beberapa pos strategis.
Namun, sayangnya, putranya, Sultan Haji, tidak mendukung perjuangan Sultan Ageng Tirtayasa melawan VOC.
Melihat hal ini, utusan Belanda, W. Caeff, mencoba merayu Sultan Haji, yang dianggap mudah dipengaruhi.
Saat itu, Sultan Haji mendapat kepercayaan dari ayahnya untuk mengelola urusan dalam negeri kerajaan.
Sementara itu, Sultan Ageng Tirtayasa mengelola urusan luar negeri kerajaan bersama salah seorang putranya yang lain.
Terpengaruh oleh bujukan Belanda, Sultan Haji menuduh bahwa pembagian tugas yang diberikan Sultan Ageng Tirtayasa adalah cara untuk mengasingkannya dari tahta kesultanan.
Akhirnya, Sultan Haji berkhianat dan bersekutu dengan VOC, dan menjadi lawan ayahnya sendiri.
Kerja sama Sultan Haji dan VOC
Setelah berkhianat dan bersekutu dengan VOC, Sultan Haji mencoba merebut kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa atas Kesultanan Banten.
Namun, sebagai balasan membantu Sultan Haji mendapatkan kekuasaan Banten, Belanda menetapkan empat syarat, yaitu:
* Cirebon diserahkan kepada VOC
* VOC berhak untuk memonopoli perdagangan lada di Banten dan mengusir pedagang lain
* Jika perjanjian dilanggar, Banten harus membayar 600.000 ringgit kepada VOC
* Pasukan Banten yang menguasai daerah pantai dan pedalaman Priangan harus ditarik
Baca Juga: Bagaimana Corak Agama yang Dianut di Kerajaan Tarumanegara?
KOMENTAR