Serangan ini terjadi dua kali, yaitu pada tahun 1017 dan 1025.
Akibatnya, Sriwijaya mengalami kemerosotan besar. Beberapa wilayah kekuasaannya pun berhasil direbut.
* Lepasnya wilayah kekuasaannya
Serangan dari Dinasti Chola juga melemahkan situasi internal kerajaan, khususnya di bidang politik.
Sebagai hasilnya, banyak wilayah kekuasaan Sriwijaya yang kemudian memanfaatkan situasi ini untuk memisahkan diri.
Hal ini berdampak pada kemunduran ekonomi dan perdagangan Kerajaan Sriwijaya karena bandar-bandar utamanya juga ikut lepas.
* Pengaruh ajaran Islam
Agama yang berkembang di Kerajaan Sriwijaya adalah Buddha, yang dicatat dalam laporan I-Tsing.
I-Tsing mengunjungi Sriwijaya sebelum berangkat belajar ke Universitas Nalanda di India.
Dari catatan tersebut, Sriwijaya menjadi tempat bagi para cendekiawan Buddha dan menjadi pusat belajar agama Buddha.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa agama Buddha mengalami perkembangan yang pesat selama Kerajaan Sriwijaya berdiri.
Baca Juga: Faktor-faktor Pendorong Kerajaan Sriwijaya Berkembang Sebagai Kerajaan Maritim
Namun setelah Islam masuk ke wilayah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya, secara perlahan-lahan pengaruh Islam mulai kuat dan memengaruhi perdagangan kerajaan.
Salah satu wilayah kekuasaan Sriwijaya yang dipengaruhi Islam adalah Aceh. Hal ini kemudian melahirkan banyak kerajaan berlatar belakang Islam yang berdiri di Sumatera.
Salah satunya adalah Kerajaan Samudera Pasai yang berdiri di pesisir timur Aceh pada abad ke-13.
Karena kondisi yang semakin buruk, Kerajaan Sriwijaya akhirnya tumbang di bawah pemerintahan Raja Srimat Sri Udayadityawarma Pratapaparakrama Rajendra Maulimali Warmadewa.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ada tiga hal penting yang menyebabkan keruntuhan Kerajaan Sriwijaya.
Ketiga hal tersebut adalah serangan dari Colamandala, lepasnya wilayah kekuasaannya, dan pengaruh ajaran Islam.
Dengan mengetahui apa yang menyebabkan Kerajaan Sriwijaya mengalami kemunduran, kita dapat mempelajari sejarah kerajaan ini dengan lebih baik dan menghargai warisan budaya yang ditinggalkannya.
Baca Juga: Kehidupan Sosial Kerajaan Sriwijaya, Pemilik Kekuatan Maritim Terbesar di Nusantara
KOMENTAR