Dalam upaya mempertahankan Pulau Jawa sebagai daerah koloninya, Perancis harus berperang melawan Inggris yang juga ingin menguasai daerah tersebut.
Prancis dan Inggris terlibat dalam pertempuran yang dikenal sebagai Perang Napoleon di Jawa pada 1811.
Sejak tahun 1762 hingga 1811, keberadaan Pulau Jawa semakin diperkuat oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang bernama Herman Willem Daendels untuk menghindari perlawanan dari Inggris.
Daendels sudah berulang kali meminta kepada Napoleon untuk mengirim pasukan bantuan untuk mempertahankan Pulau Jawa dari serangan Inggris.
Namun, Napoleon justru mengirim Janssens, jenderal yang lebih memahami ilmu logistik dibanding ilmu perang.
Sementara itu, awal mula kedatangan Inggris di Pulau Jawa dimulai pada 1807, saat Lord Minto memimpin serangan armada Inggris ke Jawa.
Untuk merebut Pulau Jawa dari Prancis, Inggris melancarkan operasi militer amphibi.
Operasi militer amphibi adalah operasi militer yang menggunakan kapal untuk memproyeksikan kekuatan darat dan udara.
Armada Inggris yang berjumlah sekitar 100 kapal, termasuk di antaranya kapal senjata berlabuh di Teluk Batavia dan mendarat di Desa Cilincing, sekitar 10 mil dari timur Batavia.
Serangan dimulai pada 4 Agustus 1811, ketika pasukan yang berada di bawah komando Laksamana Muda Robert Stopford, Jenderal Sir Samuel Auchmuty, dan Lord Minto menyerang Batavia yang saat itu berada di bawah kuasa Janssens.
Kemudian, pada 7 Agustus 1811, pasukan infanteri mulai bergerak maju dan menyeberangi Sungai Anjole, yang jembatannya sudah dirusak oleh Belanda-Perancis sebelum Inggris datang.
Pada 10 Agustus 1811, Inggris berhasil menemukan sebuah gudang amunisi yang menyimpan banyak sekali senjata dan senapan.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR