Tragedi Paiton 2003 menewaskan 57 penumpang: 54 murid, 2 guru, dan seorang pemandu wisata. Tragedi kecelakaan bus paling mengerikan di Indonesia.
Intisari-Online.com -Ini adalah kecelakaan bus paling nahas yang pernah terjadi di Indonesia.
Tragedi Paiton 2003, ketika 54 murid sebuah SMA di Jogja, dua guru, dan seorang pemandu wisata, tewas terpanggang dalam bus yang terbakar akibat kecelakaan maut.
Sekitar Mei 2023 lalu, seorang pengguna TikTok mengenang kembali tragedi yang terjadi 20 tahun yang lalu itu.
Tragedi Paiton merupakan tragedi kecelakaan yang menewaskan 54 siswa penumpang bus periwisata pada 8 Oktober 2003.
Kecelakaan maut ini terjadi di kawasan PLTU Paiton, Banyuglugur, Situbondo, Jawa Timur.
Rombongan SMK Yayasan Pembina Generasi Muda (Yapemda) Sleman, Yogyakarta, melakukan darmawisata ke Bali menggunakan tiga bus AO Transport.
Agenda pariwisata itu berjalan lancar-lancar saja hingga tiba saat perjalanan pulang ke Sleman.
Kecelakaan maut ini terjadi pada bus nomor dua.
Saat itubus kedua melewati tanjakan di tikungan Jalan Raya Surabaya-Banyuwangi, tepatnya di kawasan Banyuglugur, Situbondo, Rabu (8/10/2003) malam.
Tiba-tiba dari arah berlawanan sebuah truk kontainer memotong jalur dan menabrak bagian depan bus.
Kondisi semakin parah ketika sebuah truk tronton menabrak bus rombongan pariwisata dari belakang.
Bus yang ditumpangi rombongan siswa dan guru SMK Yapemda itu pun terjepit dua truk hingga akhirnya terbakar.
Kebakaran dipicu dari kebocoran tangki bahan bakar truk bernomor polisi L 8493 F yang mengenai sekering bus.
Percikan api kemudian muncul di bagian depan bus yang ditabrak, sehingga membuat penumpang panik dan berlarian ke bagian belakang bus.
Malam itu, seluruh penumpang berusaha menyelamatkan diri dengan mencoba keluar dari pintu belakang bus.
Nahasnya, pintu belakang tak dapat dibuka karena tertabrak truk tronton.
Tak adanya alat pemecah kaca turut menyebabkan seluruh penumpang terjebak di dalam bus.
Mereka pun terbakar dan tewas mengenaskan di dalam bus.
Jumlah korban Tragedi Paiton sebanyak 57 orang, terdiri dari 54 siswa, dua guru, dan satu pemandu wisata.
Sementara sopir bus, Arwan, dan kernet bernama Budi Santoso berhasil selamat setelah melompat dari bus.
Di tempat lain, dua bos wisata yang lain ternyata tak menyadari bahwa rekan mereka tertimpa kecelakaan saat perjalanan pulang.
Informasi terbakarnya bus kedua baru diketahui setelah rombongan tiba di Sleman.
Tak hanya itu, bus pada Rabu malam ternyata dikemudikan oleh kernet yang menjadi sopir cadangan.
Sopir dan kernet juga sempat dikabarkan melarikan diri, tetapi dibantah oleh perusahaan otobus.
Menurut pihak otobus, mereka berusaha membantu mengeluarkan penumpang dari bus, tetapi kebakaran begitu cepat terjadi sehingga tidak ada penumpang yang selamat.
Api dengan cepat melahap bus karena adanya bahan-bahan yang mudah terbakar, seperti tas dan karpet yang diletakkan di kursi penumpang.
Malam itu, warga sekitar PLTU Paiton mengatakan bahwa mereka menyaksikan kobaran api dan letupan kecil saat bus terbakar.
Tak lama, petugas pemadam kebakaran pun datang untuk membantu memadamkan api.
Setelah api berhasil padam, petugas menemukan banyak korban tewas di bagian belakang bus, tepatnya di dekat pintu keluar.
Para korban diduga berusaha membuka pintu yang macet setelah ditabrak truk di bagian belakang bus.
Peristiwa ini pun memaksa RSUD Sitobondo untuk mengawetkan jenazah menggunakan balok es lantaran banyaknya jumlah korban.
Saat itu, jenazah korban Tragedi Paiton ditempatkan di lorong karena ruang kamar mayat di RSUD Situbondo tidak mencukupi.