Tragedi Padang Panjang, Kecelakaan Kereta Api Horor Di Sumatera Barat Yang Memakan Korban 200 Orang Meninggal Dunia

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Penulis

Ilustrasi jembatan kereta api Lembah Anai Sumatera Barat. Di Lembah Anai sendiri pernah terjadi Tragedi Padang Panjang, kecelakaan kereta api paling mematikan di Indonesia.
Ilustrasi jembatan kereta api Lembah Anai Sumatera Barat. Di Lembah Anai sendiri pernah terjadi Tragedi Padang Panjang, kecelakaan kereta api paling mematikan di Indonesia.

Ilustrasi jembatan kereta api Lembah Anai Sumatera Barat. Di Lembah Anai sendiri pernah terjadi Tragedi Padang Panjang, kecelakaan kereta api paling mematikan di Indonesia.

Intisari-Online.com -Jauh sebelum Tragedi Bintaro di Jakarta Selatan 1987, di Sumatera Barat pernah terjadi Tragedi Padang Panjang.

Ini adalah sebuah kecelakaan kereta api mematikan yang menelan korban sekitar 200 orang meninggal dunia dan 250 lainnya luka-luka.

Kecelakaan kereta api pada 25 Desember 1944 ini terjadi di Lembah Anai, Sumatera Barat, yang dikenal sangat terjal.

Kecelakaan ini diduga disebabkan oleh kereta api yang kehilangan rem.

Tak lama berselang, pada 23 Maret 1945,kecelakaan kembali terjadi di lokasi yang sama, tetapi tak diketahui jumlah korbannya.

Sebagaimana dilaporkan infosumbar.net, korban meninggal dua kecelakaan itu dikuburkan di satu lubang yang sama.

Korban kecelakaan pertama dikuburkan sedalam lima meter, sedangkan yang kedua di galian dua meter di atasnya.

Beberapa jenazah dikuburkan dalam kondisi tidak utuh.

Sebuah prasasti yang tak terawat ditemukan di Kelurahan Balai-Balai Padang Panjang Barat beberapa puluh tahun kemudian.

Prasasti itu menggunakan ejaan lama yang diyakini merupakan batu nisan korban kecelakaan KA di lembah Anai.

Beberapa orang menganggap tugu prasasti itu mengeluarkan aura mistis.

Tugu iniberada dalam kompleks Pandam Pakuburan Pusaro Dagang, milik keluarga Syekh Adam BB, seorang ulama Minangkabau.

Lokasi tugu ini berjarak sekitar lima kilometer dari pusat kota Padang Pajang.

Tugu berukuran hampir dua meter dengandesain yang berbentuk kepala lokomotif.

Pada salah satu sisi permukaan dinding tugu dituliskan aksara latin berbahasa Indonesia dengan ejaan lama "PERINGATAN Orang orang jang meninggal ketika ketjelakaan kereta api tanggal 25-12-2604/23-3-2605 yang artinya PERINGATAN Orang-orang yang meninggal ketika kecelakaan kereta api tanggal 25-12-1944 dan 23-3-1945".

Tugu ini dipastikan sebagai bukti yang menandakan adanya peristiwa bersejarah dalam bentuk batu nisan.

Hal tersebut disebabkan karena tugu dibangun bersama kuburan massal untuk memperingati peristiwa tragis kecelakaan kereta api yang pernah terjadi sebanyak dua kali tidak jauh di lokasi tersebut.

Peristiwa kecelakaan tragis kereta itu merenggut ratusan korban jiwa yang sebagian besar jasadnya ditemukan tidak dalam keadaan utuh.

Kecelakaan kereta api pertama terjadi di daerah Singgalang Kariang, yang sekarang menjadi lokasi rest area Lembah Anai.

Kecalakaan kedua terjadi dua bulan setelahnya, di Kelurahan Gantiang dan di Nagari Aia Angek.

Kecelakaan yang kedua ini disebabkan oleh jembatan yang putus--ada yang menyebutnya sengaja diputus.

Artikel Terkait