Kendala lain adalah masalah lingkungan dan sosial akibat aktivitas pertambangan nikel.
Pertambangan nikel bisa menyebabkan kerusakan lahan, pencemaran air dan udara, serta konflik dengan masyarakat lokal.
Beberapa dampak negatif yang telah terjadi akibat pertambangan nikel di Indonesia antara lain adalah kerusakan hutan, erosi tanah, banjir, sedimentasi sungai, penurunan kualitas air, peningkatan emisi gas rumah kaca, gangguan kesehatan, penggusuran masyarakat, dan pelanggaran hak asasi manusia.
Oleh karena itu, Indonesia perlu menerapkan prinsip-prinsip pertambangan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, serta melibatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sumber daya nikel.
Kendala lain adalah persaingan dengan negara-negara lain yang juga memiliki cadangan nikel seperti Filipina, Australia, dan Rusia.
Filipina adalah negara penghasil nikel terbesar kedua di dunia setelah Indonesia, dengan cadangan nikel sebesar 4,8 juta ton.
Australia adalah negara penghasil nikel terbesar ketiga di dunia, dengan cadangan nikel sebesar 2,7 juta ton.
Rusia adalah negara penghasil nikel terbesar keempat di dunia, dengan cadangan nikel sebesar 2,5 juta ton.
Ketiga negara ini juga berusaha untuk mengembangkan industri hilirisasi nikel mereka, serta menjalin kerjasama dengan perusahaan-perusahaan asing yang bergerak di bidang kendaraan listrik.
Dengan demikian, Indonesia memiliki potensi dan tantangan yang besar sebagai negara penghasil nikel terbesar di dunia.
Nikel merupakan sumber daya strategis yang menjadi sasaran dunia untuk mendukung revolusi kendaraan listrik.
Indonesia perlu memanfaatkan peluang ini dengan bijak, serta mengatasi kendala-kendala yang ada dengan arif.
Dengan begitu, Indonesia bisa menjadi raja nikel dunia yang berdaya saing dan berkelanjutan.
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR