Indonesia juga berencana untuk menjadi produsen baterai kendaraan listrik, dengan membangun pabrik-pabrik bersama perusahaan-perusahaan asing seperti LG Chem, CATL, dan Tesla.
LG Chem adalah perusahaan asal Korea Selatan yang merupakan produsen baterai terbesar di dunia.
CATL adalah perusahaan asal China yang merupakan pemasok baterai untuk merek-merek mobil listrik ternama seperti Tesla, Volkswagen, dan BMW.
Tesla adalah perusahaan asal Amerika Serikat yang merupakan produsen mobil listrik terkemuka di dunia.
Ketiga perusahaan ini telah menunjukkan minat untuk berinvestasi di Indonesia, karena melihat potensi pasar dan sumber daya nikel di negeri ini.
Namun, Indonesia juga menghadapi beberapa kendala dalam mengelola sumber daya nikelnya.
Salah satu kendala adalah ancaman penipisan cadangan nikel akibat pembangunan smelter nikel kelas satu yang berlebihan.
Smelter nikel kelas satu adalah fasilitas pengolahan bijih nikel menjadi matte nikel dengan kadar 70-80 persen.
Matte nikel ini kemudian diekspor ke negara-negara lain untuk diolah lebih lanjut menjadi produk-produk turunan nikel.
Namun, smelter nikel kelas satu ini membutuhkan banyak bijih nikel dengan kadar tinggi, sehingga bisa menghabiskan cadangan nikel Indonesia dalam waktu singkat.
Oleh karena itu, Indonesia perlu mengembangkan smelter nikel kelas dua atau tiga, yang bisa mengolah bijih nikel dengan kadar rendah menjadi produk-produk bernilai tambah seperti feronikel atau baterai ion-lithium.
Baca Juga: Punya Cadangan Nikel Terbesar di Dunia Ini Alasan Nikel Indonesia Jadi Rebutan Dunia
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR