Selama Perang Dunia II, Paul Tibbets menjadi pilot berpengalaman yang menjalankan berbagai misi penerbangan penting.
Seperti mengebom pantai Prancis pada Hari D dan menyerang target-target di Jerman dan Afrika Utara.
Ia juga menjadi salah satu pilot pertama yang mencoba pesawat pengebom B-29, yang merupakan pesawat tercanggih saat itu.
Pada September 1944, Paul Tibbets dipanggil oleh Jenderal Uzal Ent, komandan Angkatan Udara Ke-2, untuk mengambil bagian dalam sebuah proyek rahasia yang bertujuan untuk mengakhiri perang dengan Jepang.
Proyek itu adalah Proyek Manhattan, yaitu program pengembangan bom atom oleh ilmuwan-ilmuwan AS, Inggris, dan Kanada.
Paul Tibbets diberi tugas untuk memimpin sebuah unit khusus yang disebut Skuadron Komposit 509, yang terdiri dari 15 pesawat B-29 dan 1.800 personel.
Unit ini berlatih di pangkalan udara Wendover di Utah untuk mempersiapkan diri untuk menjatuhkan bom atom di Jepang.
Paul Tibbets juga belajar tentang seluk-beluk bom atom dari para ilmuwan seperti Robert Oppenheimer dan Norman Ramsey.
Pada awal Agustus 1945, Paul Tibbets dan unitnya berpindah ke pulau Tinian di Samudra Pasifik, tempat mereka akan meluncurkan serangan terhadap Jepang.
Paul Tibbets memilih salah satu pesawat B-29 dan memberinya nama Enola Gay, sesuai dengan nama ibunya.
Ia juga memilih krunya sendiri, termasuk kopilot Robert Lewis, navigator Theodore Van Kirk, bombardir Thomas Ferebee, dan perwira senjata William Parsons.
Baca Juga: Tegur Siswa Merokok, Sosok Guru Tegas Dan Humoris Ini Diketapel Orangtua Murid Hingga Alami Kebutaan
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR