Clara mengatakan, supermoon adalah fenomena ketika Bulan purnama berada pada jarak terdekat dengan Bumi.
“Ini terjadi karena lintasan Bulan mengelilingi Bumi tidak bulat sempurna, agak elips (lonjong),” jelasnya.
Saat supermoon, bulan purnama menjadi terlihat lebih besar, lebih dekat, dan lebih terang.
“Bulan purnama terjadi ketika Bulan tepat berseberangan dengan Matahari, Bumi di antara keduanya,” terangnya.
Clara juga menyebutkan, hal itu membuat seluruh permukaan Bulan yang menghadap Bumi memantulkan sinar matahari.
Istilah “supermoon” tidak berasal dari astronomi, melainkan dari astrologi bidang pseudoscientific.
Bidang tersebut mempelajari pergerakan benda langit untuk membuat prediksi tentang perilaku dan peristiwa manusia.
Istilah ini pertama kali disebutkan dalam artikel pada 1979 untuk majalah "Dell Horoscope" oleh Richard Nolle.
Nolle mendefinisikan supermoon sebagai Bulan baru atau Bulan purnama yang terjadi dengan Bulan di posisi terdekat dengan Bumi dalam orbit tertentu.
Namun baru beberapa tahun terakhir ini, istilah supermoon lebih diperhartikan oleh masyarakat.
Hal itu dimulai sekitar 2004.
Bulan diketahui memiliki jarak rata-rata sejauh 238 ribu mil atau 382.900 km dari Bumi.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR