Namun, perang ini tidak hanya melibatkan dua pihak saja. Belanda, yang saat itu sudah menguasai sebagian besar wilayah Indonesia, juga ikut campur dalam konflik ini.
Belanda melihat peluang untuk menguasai Lombok dengan alasan membantu Suku Sasak yang telah meminta perlindungan kepada mereka sejak 1891.
Pada 1892, Belanda mulai melakukan blokade senjata untuk Mataram. Pada 1894, Belanda mengirim ekspedisi militer yang dipimpin oleh Mayor Jenderal J.A. Vetter dan Mayor Jenderal Petrus van Ham untuk menyerbu Lombok.
Dengan persenjataan yang lebih canggih dan pasukan yang lebih banyak, Belanda berhasil menghancurkan Istana Cakranegara, pusat pemerintahan Mataram, pada 18 November 1894.
Dalam pertempuran ini, sekitar 2.000 prajurit Mataram tewas, sementara Belanda hanya kehilangan 166 orang.
Perlawanan Mataram berakhir pada 22 November 1894, ketika raja dan pengikutnya melakukan puputan, yaitu bunuh diri massal dengan cara menyerbu musuh tanpa senjata.
Setelah perang inilah, Belanda mengambil alih harta karun Lombok yang terdiri dari emas, perak, dan karya sastra.
KOMENTAR