Ki Ageng Mangir bahkan berani menantang Mataram untuk perang.
Panembahan Senopati yang marah karena disepelekan sempat akan bersiap menyerang tanah Mangir.
Tapi niat itu kemudian dicegah oleh Ki Juru Mertani, penasihat Kerajaan Mataram.
Menurut Ki Juru Martani, peperangan akan memakan banyak korban.
Dia mengusulkan untuk mengambil cara yang lain yang lebih halus.
Maka diutuslah salah satu puteri Panembahan Senopati yaitu Putri Pembayun.
Putri Pembayun ditemani seorang saudara dan pengiringnya kemudian menyamar menjadi rombongan ledhek yang akan mengamen dengan menari berkeliling dari kampung ke kampung.
Dalam rombongan ledhek tersebut, Putri Pembayun menjadi penari tayub.
Sementara saudaranya bertugas menjadi penabuh gamelan.
Ki Ageng Mangir yang terkenal menjadi penggemar ledhek pun jatuh hati dengan sosok penari yang cantik.
Dia lalu memutuskan menikahi penari tayup tersebut.
Pernikahan Ki Ageng Mangir dan Putri Pembayun berjalan dengan bahagia, hingga akhirnya sang istri pun hamil.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR