Perpindahan ibu kota kerajaan dari Kartasura ke Surakarta memiliki dampak yang cukup besar bagi sejarah Jawa.
Salah satu dampaknya adalah melemahnya kekuasaan Mataram Islam di bawah pengaruh Belanda.
Baca Juga: Jepara Menjadi Saksi Jalinan Persabahatan Penguasa Mataram Amangkurat I dengan VOC
Paku Buwono II harus memberikan banyak hak dan kewenangan kepada Belanda sebagai imbalan atas bantuannya.
Ia juga harus menghadapi perlawanan dari saudara-saudaranya yang tidak setuju dengan perjanjiannya dengan Belanda.
Perpindahan ibu kota kerajaan juga berdampak pada perkembangan kota Surakarta sebagai pusat budaya dan seni Jawa.
Paku Buwono II membangun istana yang megah dan indah di Surakarta, yang kemudian dikenal sebagai Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.
Beliau juga mendirikan Masjid Agung Surakarta dan Pasar Gede sebagai pusat kegiatan ekonomi dan sosial.
Keraton Surakarta menjadi tempat berkembangnya berbagai kesenian dan kebudayaan Jawa, seperti wayang, gamelan, tari, batik, dan lain-lain.
Keraton Surakarta juga menjadi tempat lahirnya beberapa tokoh penting dalam sejarah Indonesia, seperti Pangeran Diponegoro, Ki Hajar Dewantara, dan Soeharto.
Sementara itu, Kartasura menjadi kota yang sepi dan terlantar setelah ditinggalkan oleh Paku Buwono II.
Keraton Kartasura yang rusak akibat Geger Pecinan tidak pernah dibangun kembali, melainkan dijadikan pemakaman oleh Paku Buwono III.
Hanya beberapa peninggalan sejarah yang tersisa di Kartasura, seperti Benteng Sri Menganti, Makam Sunan Kuning, dan Makam Patih Pringgoloyo.
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR