Peristiwa tersebut juga secara resmi membebaskan Kerajaan Bone dari kekuasaan Gowa.
Meski Arung Palakka berjasa sebagai pahlawan Bone, banyak juga yang menganggapnya sebagai pengkhianat karena telah bekerja sama dan membantu VOC.
Setelah kemenangan melawan Gowa, Arung Palakka dinobatkan sebagai sultan Bone ke-15 pada 1672.
Di bawah kekuasaannya, Kerajaan Bone mencapai puncak kejayaan dan secara resmi menggantikan Gowa sebagai kerajaan terkuat di Sulawesi Selatan.
Selama periode kekuasaannya, Kerajaan Bone mampu memakmurkan rakyatnya dengan potensi yang beragam seperti dalam bidang pertanian, perkebunan, dan kelautan.
Kekuatan militernya juga semakin kuat, setelah belajar dari lemahnya pertahanan mereka saat kalah menghadapi Kerajaan Gowa.
Untuk memastikan dominasinya di Sulawesi Selatan, Arung Palakka juga melakukan serangkaian kampanye militer.
Arung Palakka pun berhasil mempersatukan kerajaan-kerajaan Bugis hingga mendapat julukan "De Koning der Boeginesen" dari VOC.
Upayanya untuk membantu VOC terus berlanjut ketika dirinya telah duduk di singgasana Bone.
Hal inilah yang membuat pengikut dan pangeran Bone menjadi kesal.
Setelah dua dekade lebih berkuasa, kesehatan Arung Palakka mulai menurun dan akhirnya meninggal pada 6 April 1696 dan dimakamkan di Bontoala, Gowa.
Pascakematian Arung Palakka, takhta Kerajaan Bone jatuh ke tangan La Patau Matanna Tikka, Matinroe ri Nagauleng.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR