Bawa Kerajaan Mataram Islam Alami Masa Keemasan, Sultan Agung Disebut Sebagai Budayawan karena Hal Ini

Ade S

Editor

Kolase film Sultan Agung dan Kalender Jawa. Kerajaan Mataram mengalami masa keemasan terutama dalam bidang budaya. Bahkan Sultan Agung disebut sebagai budayawan karena hal ini.
Kolase film Sultan Agung dan Kalender Jawa. Kerajaan Mataram mengalami masa keemasan terutama dalam bidang budaya. Bahkan Sultan Agung disebut sebagai budayawan karena hal ini.

Intisari-Online.com -Salah satu kerajaan yang pernah berjaya di tanah air adalah Kerajaan Mataram Islam yang berdiri sejak abad ke-16 hingga abad ke-18.

Kerajaan Mataram Islam mengalami masa keemasan terutama dalam bidang budaya saat berada di bawah kepemimpinan Sultan Agung.

Bahkan Sultan Agung disebut sebagai budayawan karena beberapa hal.

Apa saja hal tersebut? Simak4 alasannya setelah video berikut ini.

Menetapkan Kalender Jawa

Sultan Agung adalah orang yang pertama kali menetapkan kalender Jawa yang berdasarkan perhitungan astronomi dan astrologi.

Kalender Jawa menggabungkan unsur-unsur dari kalender Hijriyah, kalender Saka, dan siklus candra-sidhi (bulan) dan surya-sidhi (matahari).

Kalender Jawa masih digunakan hingga saat ini oleh masyarakat Jawa untuk menentukan hari-hari penting seperti hari raya, upacara adat, dan ramalan nasib.

Mendirikan Masjid Agung Mataram

Sultan Agung juga mendirikan Masjid Agung Mataram di Karta (sekarang Kota Gede), ibu kota Kesultanan Mataram pada saat itu.

Baca Juga: Mataram Islam Paling Bontot, Inilah 10 Kerajaan Islam Tertua yang Ada di Indonesia

Masjid ini merupakan masjid terbesar di Jawa pada masa itu dan memiliki arsitektur yang unik.

Masjid ini tidak memiliki kubah atau menara seperti masjid-masjid lainnya, melainkan berbentuk joglo dengan atap limasan yang melambangkan gunung Meru.

Masjid ini juga memiliki gapura candi bentar yang mengingatkan pada gaya Hindu-Buddha.

Menciptakan Wayang Kulit Purwa

Sultan Agung juga menciptakan wayang kulit purwa, yaitu jenis wayang kulit yang mengambil cerita dari epos Mahabharata dan Ramayana.

Wayang kulit purwa merupakan salah satu bentuk seni pertunjukan tertua di Indonesia yang masih dilestarikan hingga kini.

Sultan Agung mengadaptasi cerita-cerita India tersebut dengan memberikan sentuhan lokal, seperti nama-nama tokoh, tempat, dan bahasa.

Ia juga menambahkan unsur-unsur Islam dalam wayang kulit purwa, seperti penggunaan lafal Allah dan Muhammad dalam lakon-lakon tertentu.

Mengembangkan Sastra Jawa

Sultan Agung juga mengembangkan sastra Jawa dengan menciptakan karya-karya sastra yang bernilai tinggi.

Salah satu karya sastra yang disusun oleh Sultan Agung adalah Sastra Gending, sebuah karya sastra peninggalan Kesultanan Mataram.

Baca Juga: Kekuasaan Mataram Islam Surut di Masa Amangkurat I karena Kezalimannya?

Selain itu, beliau juga menyusun kitab undang-undang yang berisi perpaduan antara adat istiadat Jawa dan hukum Islam yang berjudul Surya Alam.

Beliau juga menciptakan kalender Jawa yang menggunakan perhitungan Islam atau tahun Hijriah.

Dari beberapa hal di atas, dapat dilihat bahwa Sultan Agung disebut sebagai budayawan karena berhasil menciptakan dan melestarikan berbagai karya seni dan sastra yang menjadi ciri khas budaya Jawa.

Baca Juga: Inilah Peristiwa yang Menandai Berdirinya Kerajaan Mataram Islam

Artikel Terkait