Saat itu, usia Arung Palakka baru menginjak 11 tahun.
Setibanya di Makassar, keluarganya dipekerjakan sebagai pelayan di istana Karaeng Pattingalloang, mangkubumi Kerajaan Gowa.
Beruntung bagi Arung Palakka, karena Karaeng Pattingalloang menyukainya dan memberinya pendidikan yang layak seperti seorang pangeran.
Seiring berjalannya waktu, Arung Palakka menaruh dendam kepada Sultan Hasanuddin, raja Gowa yang naik takhta pada 1653.
Pasalnya, Sultan Hasanuddin mengerahkan orang Bugis Bone untuk menggali parit di sepanjang pelabuhan Makassar.
Hal itulah yang menggugah Arung Palakka untuk membebaskan rakyatnya yang dipekerjakan secara paksa.
Upaya yang dilakukan Arung Palakka pada 1660 untuk memberontak belum berhasil untuk memerdekakan kerajaannya dari cengkeraman Kerajaan Gowa.
Dia pun terpaksa melarikan diri bersama pengikutnya hingga ke Batavia dan disambut baik oleh VOC.
Bersama Cornelis Speelman yang asli Belanda dan Kapiten Jonker, mantan panglima dari Maluku, Arung Palakka mulai membuktikan bahwa dirinya adalah sosok yang dapat diandalkan dan menguntungkan VOC.
Arung Palakka bahkan membantu VOC dalam menaklukkan berbagai wilayah di nusantara.
Pada 1666, Arung Palakka bersama 1.000 pasukan yang terdiri dari orang Bugis dan tentara VOC, berlayar menuju Gowa.
Satu tahun kemudian, Sultan Hasanuddin akhirnya menyerah dan terpaksa menandatangani Perjanjian Bongaya.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR