Untung bertemu dengan Pangeran Purbaya untuk dibawa ke Tanjungpura.
Namun, ia tidak terima melihat perlakuan kasar dari pasukan Vaandrig Kuffeler terhadap Pangeran Purbaya. Ia menghancurkan pasukan Kuffeler di Sungai Cikalong pada 28 Januari 1684.
Untuk menghindari kejaran VOC, ia melarikan diri ke Mataram dan bergabung dengan Sultan Agung.
Sultan Agung menyambut baik kedatangan Untung dan memberinya gelar Surapati.
Ia juga menjodohkan Untung dengan putrinya yang bernama Raden Ayu Gusik Kusuma.
Untung menjadi menantu kesayangan Sultan Agung dan mendapat kepercayaan sebagai panglima perang Mataram.
Sultan Agung wafat pada tahun 1645 dan digantikan oleh putranya yang bernama Amangkurat I. Amangkurat I memiliki sikap yang berbeda dengan ayahnya.
Ia bersikap lunak terhadap VOC dan menjalin perjanjian dagang dengan mereka.
Ia juga memindahkan ibu kota Mataram dari Kotagede ke Plered pada tahun 1647.
Amangkurat I menghadapi pemberontakan dari adiknya yang bernama Raden Mas Alit pada tahun 1678.
Raden Mas Alit tidak setuju dengan cara memerintah Amangkurat I dan meluncurkan aksi perlawanan.
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR