Intisari-online.com - Adipati Nerangkusuma adalah salah satu tokoh bersejarah dalam Kerajaan Mataram Islam.
Ia adalah paman dan penasihat Sultan Agung, raja Mataram yang mencapai puncak kejayaan.
Selain itu juga adalah ayah angkat dan mertua dari Untung Suropati, pahlawan nasional yang melawan VOC.
Adipati Nerangkusuma lahir dengan nama Surawiraaji di Gelgel, Bali pada tahun 1660.
Ia ditemukan oleh Kapten van Beber, seorang perwira VOC yang ditugaskan di Makassar.
Kemudian dijual kepada perwira VOC lain hingga akhirnya dibeli oleh van Moor di Bali untuk dibawa ke Batavia.
Di sana ia diberi nama Si Untung karena dianggap membawa keberuntungan bagi majikannya.
Ketika berusia 20 tahun, Untung dipenjara oleh van Moor karena menjalin hubungan dengan putrinya yang bernama Suzane.
Ia berhasil kabur dari penjara dan menjadi buronan.
Ia kemudian bergabung dengan kelompok pemberontak yang dipimpin oleh Pangeran Purbaya, putra Sultan Ageng Tirtayasa dari Banten.
Pangeran Purbaya menyerahkan diri kepada VOC dengan syarat dijemput oleh perwira VOC pribumi. Untung pun dilatih menjadi tentara VOC dan diberi pangkat letnan.
Baca Juga: Kisah Perlawanan Sengit Kerajaan Blambangan Hadapi Mataram Islam Hingga 3 Kali
Untung bertemu dengan Pangeran Purbaya untuk dibawa ke Tanjungpura.
Namun, ia tidak terima melihat perlakuan kasar dari pasukan Vaandrig Kuffeler terhadap Pangeran Purbaya. Ia menghancurkan pasukan Kuffeler di Sungai Cikalong pada 28 Januari 1684.
Untuk menghindari kejaran VOC, ia melarikan diri ke Mataram dan bergabung dengan Sultan Agung.
Sultan Agung menyambut baik kedatangan Untung dan memberinya gelar Surapati.
Ia juga menjodohkan Untung dengan putrinya yang bernama Raden Ayu Gusik Kusuma.
Untung menjadi menantu kesayangan Sultan Agung dan mendapat kepercayaan sebagai panglima perang Mataram.
Sultan Agung wafat pada tahun 1645 dan digantikan oleh putranya yang bernama Amangkurat I. Amangkurat I memiliki sikap yang berbeda dengan ayahnya.
Ia bersikap lunak terhadap VOC dan menjalin perjanjian dagang dengan mereka.
Ia juga memindahkan ibu kota Mataram dari Kotagede ke Plered pada tahun 1647.
Amangkurat I menghadapi pemberontakan dari adiknya yang bernama Raden Mas Alit pada tahun 1678.
Raden Mas Alit tidak setuju dengan cara memerintah Amangkurat I dan meluncurkan aksi perlawanan.
Ia bergabung dengan Trunajaya, seorang penguasa Madura yang juga memberontak terhadap Mataram.
Trunajaya berhasil menguasai sebagian besar wilayah Mataram dan mengepung Plered pada tahun 1677.
Amangkurat I meminta bantuan VOC untuk menghadapi Trunajaya. Ia bersedia membayar utang-utang Mataram kepada VOC sebagai imbalannya.
VOC pun mengirimkan pasukan untuk membantu Amangkurat I.
Namun, pasukan VOC dipimpin oleh Kapten Franncois Tack terbunuh di depan istana Kartasura oleh Untung Suropati pada tahun 1686.
Untung Suropati membunuh Tack karena Tack mencoba menangkapnya.
Untung Suropati adalah buronan VOC yang dicari-cari karena telah membunuh pasukan Kuffeler.
Karena hal itu, Untung Suropati juga tidak setuju dengan kerjasama antara Mataram dan VOC.
Ia merasa Mataram telah mengkhianati perjuangan melawan penjajah.
Untung Suropati kemudian melarikan diri ke Pasuruan dan mendirikan pemerintahan merdeka yang bebas dari pengaruh Mataram dan VOC.
Ia diberi gelar Tumenggung Wiranegara oleh rakyat Pasuruan dan menjadi bupati di sana.
Kemudian juga menikah lagi dengan putri dari Adipati Anom, penguasa Pasuruan.
Adipati Nerangkusuma, ayah angkat dan mertua Untung Suropati, tidak senang dengan kebijakan Amangkurat I yang bersekutu dengan VOC.
Ia juga tidak suka dengan persaingan antara putra mahkota Raden Mas Sutikna dan adik Amangkurat I yang bernama Pangeran Poeger di dalam istana.
Karena merasa Mataram telah kehilangan arah dan jati dirinya.
Adipati Nerangkusuma memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatan pepatih dalem, pejabat tertinggi di Mataram setelah raja.
Kemudian juga menyatakan berhenti dari status Aparatur Sipil Mataram (ASM) dan menolak hak pensiunnya.
Sejak saat itu, ia meninggalkan Kartasura dan bergabung dengan Untung Suropati di Pasuruan.
Adipati Nerangkusuma menjadi pejabat negara pertama di Mataram yang mengajukan pengunduran diri.
Dirinya menunjukkan sikap kritis dan berani terhadap penguasa yang ia anggap tidak adil dan tidak bijaksana.
Juga mendukung perjuangan Untung Suropati yang melawan VOC. Ia adalah tokoh yang patut dihormati dan diteladani.