Meski tak bisa berbuat apa-apa, ternyata Cirebon terus menunggu waktu yang tepat untuk berkuasa di bagian timur Priangan.
Momen itu terjadi ketika Mataram Islam melakukan ekspedisi ke Batavia untuk menghancurkan VOC.
Alih-alih pulang membawa kemenangan, Mataram Islam di bawah kekuasaan Sultan Agung justru hancur berantakan.
Mereka seolah tak berdaya di hadapan meriam-meriam VOC.
Kondisi itulah yang kemudian dimanfaatkan oleh Cirebon.
Meski mereka dipaksa tunduk kepada Mataram, pada kenyatannya para penguasa Cirebon lebih memilih bernaung di bawah panji VOC.
Bahkan antara Kesultanan Cirebon dan VOC sudah terjalin perjanjian dan kesepatan.
Perjanjian yang ditandatangani pada 1681 itu mewajibkan dinasti Kesultanan Cirebon menerima VOC sebagai pelindung.
Dalam buku Keuntungan Kolonial dari Kerja Paksa: Sistem Priangan dari Tanam Paksa Kopi di Jawa 1720-1870 karya Jan Breman disebutkan bagaimana kesepatan antara Cirebon dan VOC terjadi.
Pengakuan Cirebon atas VOC juga diwujudkan dalam bentuk pembangunan benteng, penyerahan keuntungan dagang, dan hak atas wilayah dataran tinggi di sekitarnya.
Sementara menurut Merle Ricklefs menuliskan, perjanjian itu menyebutkan para penguasa Cirebon selanjutnya takluk kepada Mataram.
Kesepakatan itu ternyata bikin tidak suka Amangkurat II, penguasa Mataram Islam terbaru.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR