Intisari-online.com - Salah satu tokoh Islam yang berjasa dalam perkembangan Islam di daerah Pemalang, Jawa Tengah, adalah Syekh Pandan Jati.
Dia dikenal sebagai seorang Wali yang memiliki banyak keajaiban dan keutamaan.
Namun, ada cerita menarik tentang asal-usul dan perjalanan hidupnya.
Syekh Pandan Jati berasal dari keluarga pembesar Kerajaan Mataram, salah satu kerajaan Islam terbesar di Nusantara pada abad ke-16 hingga ke-18.
Dia memiliki nama asli Raden Mas Pandan Jati, dan merupakan anak dari Raden Mas Surya Kusuma, seorang patih atau perdana menteri di bawah pemerintahan Sultan Agung.
Sebagai seorang pembesar Mataram, Syekh Pandan Jati memiliki posisi dan harta yang tinggi.
Dia juga dikenal sebagai seorang yang pintar, berwibawa, dan berilmu tinggi. Dia menguasai berbagai bidang ilmu, baik agama maupun dunia.
Dia juga aktif dalam menyebarkan Islam di wilayah Mataram dan sekitarnya.
Namun, nasib Syekh Pandan Jati berubah ketika dia difitnah oleh orang-orang yang iri dan dengki padanya.
Dia dituduh melakukan korupsi dan menyalahgunakan kekuasaannya untuk memperkaya diri sendiri.
Tuduhan ini sampai ke telinga Sultan Agung, yang marah besar dan memerintahkan untuk menangkap dan menghukum Syekh Pandan Jati seumur hidup.
Baca Juga: Lewat Tari Ini Kisah Cinta Pendiri Mataram Islam Dan Nyi Roro Kidul Diabadikan
Syekh Pandan Jati tidak bisa membela diri karena tidak memiliki bukti yang kuat untuk membantah tuduhan tersebut.
Dia juga tidak mau melawan Sultan Agung karena menghormati kedudukan dan kewibawaannya sebagai pemimpin umat Islam.
Dia merasa bahwa Allah akan memberikan keadilan padanya.
Syekh Pandan Jati memilih untuk melarikan diri dari Kesultanan Mataram, dan meninggalkan seluruh identitas kebesarannya.
Dia pergi ke wilayah hutan di sisi barat, tepatnya di kawasan Bantarbolang, Pemalang.
Di sana, dia bertemu dengan Mbah Bantarbolang, seorang ulama besar yang memiliki padepokan atau pesantren di tengah hutan.
Mbah Bantarbolang menyambut Syekh Pandan Jati dengan baik, dan mengizinkan dia untuk tinggal di rumahnya.
Dia melihat bahwa Syekh Pandan Jati adalah orang yang baik, jujur, dan taat beribadah.
Dia juga merasakan aura keagungan dan kesucian dari Syekh Pandan Jati.
Oleh karena itu, dia mengangkat Syekh Pandan Jati menjadi muridnya, dan mengajarkan ilmu-ilmu agama dan tasawuf kepadanya.
Syekh Pandan Jati belajar dengan tekun dan sungguh-sungguh dari Mbah Bantarbolang.
Baca Juga: Melalui Pajang Dan Jaka Tingkir, Mataram Islam Mengaitkan Diri Dengan Kerajaan Demak Bintoro
Dia juga bersahabat dengan murid lainnya, yaitu Syekh Palintaran.
Keduanya mewarisi ilmu dari Mbah Bantarbolang, dan menjadi pribadi yang sangat tangguh secara lahir dan batin.
Mereka juga memiliki banyak karamah dan keistimewaan sebagai Wali Allah.
Suatu hari, Mbah Bantarbolang memutuskan untuk meninggalkan padepokannya secara diam-diam.
Dia ingin memberikan kesempatan kepada Syekh Pandan Jati dan Syekh Palintaran untuk memimpin padepokannya secara bersama-sama.
Namun, kepergiannya membuat mereka merasa kehilangan.
Mereka berusaha mencari Mbah Bantarbolang dengan bantuan mata batin mereka.
Akhirnya, Syekh Pandan Jati berhasil menemukan Mbah Bantarbolang di sebuah tempat terpencil.
Dia meminta Mbah Bantarbolang untuk kembali ke padepokannya, namun ditolak.
Mbah Bantarbolang malah meminta Syekh Pandan Jati untuk menggantikannya sebagai pemimpin padepokannya.
Sebagai murid yang berbakti, Syekh Pandan Jati pun menerima titah gurunya itu.
Baca Juga: Warisan Bela Diri Mataram Islam, Dari Turnamen Kuda Bertombak hingga Pencak Silat
Syekh Pandan Jati memimpin padepokannya dengan bijaksana dan adil. Dia juga terus menyebarkan Islam di wilayah Pemalang dan sekitarnya.
Dia banyak membantu masyarakat dengan ilmu dan karamahnya. Dia juga dikenal sebagai orang yang rendah hati, zuhud, dan wara'.
Dia tidak pernah menyombongkan diri sebagai mantan pembesar Mataram.
Syekh Pandan Jati wafat pada tahun 1586 Masehi dalam usia 70 tahun.
Jenazahnya dimakamkan di Desa Bantarbolang, Kecamatan Bantarbolang, Kabupaten Pemalang.
Makamnya menjadi tempat ziarah bagi banyak orang yang mengagumi kisah hidupnya.
Demikianlah kisah Syekh Pandan Jati, dari pembesar Mataram yang difitnah korupsi hingga menjadi Wali di Pemalang.
Kisah ini mengajarkan kita tentang sabar dalam menghadapi cobaan, tawakal kepada Allah dalam segala hal, serta ikhlas dalam beramal tanpa pamrih.