Gegara bisikan Patih Endranata, Sultan Agung percaya bahwa adik iparnya, Adipati Pragola telah melakukan pemberontakan kepada Mataram Islam. Dia gunakan tombak Kiai Baru Klinting untuk membunuhnya.
Intisari-Online.com -Ada dua Adipati Pragola yang dikabarkan pernah memberontak kepada Mataram Islam.
Untuk mempermudah, kita sebuah saja Adipati Pragola I dan Adipati Pragola II.
Dua-duanya adalah pemimpin Kadipaten Pati.
Nah, yang akan kita bahas ini adalah Adipati Pragola Kedua, atau sebut saja Adipati Pragola.
Pemberontakan Adipati Pragola kedua ini terjadi saat Mataram Islam dibawah kekuasaan Sultan Agung.
Adipati Pragola Kedua atau Wasis Jayakusuma II merupakan putra dari Wasis Jayakusuma I atau Adipati Pragola I.
Secara garis keluarga, Adipati Pragola II adalah adik ipar Sultan Agung sendiri, yang ketika itu menjadi raja di Mataram Islam.
Baginya, Pati dan Mataram punya kedudukan yang sama, tak ada yang lebih tinggi tak ada yang lebih rendah.
Itulah kenapa dia tidak mau mengikuti pisowanan agung yang biasanya diwajibkan kepada para bawahan Mataram Islam.
Mau tak mau, pembangkangan itu bikin jengkel Mataram Islam.
Awalnya Sultan Agung masih membiarkan ketidakhadiran Adipati Pragola yang adik tirinya sendiri.
Bagaimanapun juga, Pati adalah basis kekuatan Mataram Islam, kedua Pati adalah kadipaten yang sangat kuat secara militer.
Sebisa mungkin Sultan Agung meminimalkan munculnya percikan-percikan api di antara keduanya.
Suatu ketika, terjadi Pertempuran Pati, saat Pati menyerang Jepara.
Pati Endranata menyebut bahwa Pati melakukan pemberontakan kepada Mataram.
Tak biasa dibiarkan, Sultan Agung memutuskan untuk menyerbu Pati dari tiga penjuru mata angin.
Sultan Agung menunjuk Tumenggung Alap Alat untuk memimpin pasukan.
Semantara dari arah timur, pasukan Mancanegara di bawah pimpinan Adipati Martoloyo.
Lalu dari arah Selatan dipimpin oleh Pangeran Madura, dia membawahi prajurit Kedu, Bagelen, Pamijen.
Sementara dari barat dipimpin oleh Bupati Sumedang, Ranggal Gempol I.
Keluarga raja sendiri memimpin pasukan-pasukan Pamejagan Mataram.
Pengawal pribadi terdiri dari 2.000 prajurit semua kapendak yang ada diantara mereka harus mengikuti raja.
Di sisi lawan, Adipati Pragola dibantu oleh Tumenggung Mangunjawa, Adipati Kenduruan, Tumenggung Ramananggala, Tumenggung Tohpati, AdipatiSawunggaling, dan Tumenggung Sindurejo.
Seluruh rakyat Pati juga mendukung adipatinya tersebut.
Setelah pertempuran yang melelahkan, Adipati Pragola akhirnya tewas setelah tertusuk tombak Kiai Baru Klinting.
Setelah pertempuran selesai, Sultan Agung bertemu adiknya, Ratu Mas Sekar, yang tak lain adalah istri Adipati Pragola II.
Sultan Agung bertanya, kenapa sampai melakukan pemberontakan.
Ratu Mas Sekar dengan tegas menjawab bahwa kabar pemberontakan itu sebenarnya adalah berita bohong yang disebarkan oleh Patih Endranata.
Nama terakhir itu akhirnya ditangkap dan dieksekusi.
Ngomong-ngomong soal tombak Kiai Baru Klinting, benarkah tombak pusaka Mataram Islam ini terbuat dari batu meteor?
Awalnya tombak Kiai Baru Kliting adalah senjata pusaka milik Ki Ageng Mangir Wanabaya yang melawan kepada Panembahan Senopati, penguasa Mataram Islam pertama.
Setelah Ki Ageng Mangir berhasil dikalahkan, pusaka itu kemudian dimiliki oleh Mataram Islam.
Konon katanya, tombak Kiai Baru Klinting, juga tombak Kaia Pleret terbuat dari batu meteor.
Menurut cerita tutur, batu meteor memang sudah lama dipakai oleh para empu dalam membuat senjata atau pusaka.
Tidak hanya tombak, tapi juga keris dan pedang.
Meski begitu, masih dibutuhkan studi yang lebih komprehensif untuk membuktikan, benarkah tombak Kiai Baru Kliting terbuat dari batu meteor apa bukan.