Sultan Agung mengerahkan ratusan ribu prajurit Mataram untuk menghancurkan Pati.
Ia menunjuk Tumenggung Alap-Alap sebagai senapati atau panglima perangnya.
Pasukan dari arah timur dipimpin oleh Adipati Martoloyo, yang membawa pasukan mancanegara (asing), dan berkemah di Pekuwon Juwana bagian timur.
Pasukan dari arah selatan dipimpin oleh Pangeran Madura, yang membawa pasukan Kedu, Begalan, dan Pamijen, dan berkemah di kaki Gunung Kendeng sekitar daerah Cengkalsewu sebelah selatan Pati.
Perang Pati berlangsung sengit dan berdarah-darah.
Adipati Pragola II bertahan dengan gigih bersama pasukannya di dalam benteng Pati.
Ia juga dibantu oleh beberapa kerabatnya yang masih setia kepadanya.
Namun, akhirnya ia tidak mampu menahan gempuran pasukan Mataram yang terus mendesaknya.
Dalam pertempuran terakhirnya, ia tewas ditusuk oleh tombak pusaka milik Tumenggung Alap-Alap.
Dengan demikian, Pati pun jatuh ke tangan Mataram.
Perang Pati adalah salah satu peristiwa penting dalam sejarah Kerajaan Mataram Islam.
Perang ini menunjukkan kekuatan dan keberanian Sultan Agung dalam menghadapi pemberontakan dari daerah-daerah yang tidak mau tunduk kepadanya.
Perang ini juga menunjukkan kesedihan dan tragedi keluarga Sultan Agung, yang harus membunuh adik iparnya sendiri demi ambisi politiknya.
*Artikel ini dibuat dengan bantuan Ai
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR