Gudeg berawal ketika prajurit Mataram Islam sedang melalukan babat alas di Alas Mentaok. Banyak pohon nangka yang ditebang.
Intisari-Online.com - Solo maupun Jogja, dua-duanya sangat identik dengan gudeg.
Bagaimanapun juga, dua kota itu sangat identik dengan Mataram Islam, sementara gudeg adalah kuliner khasnya.
Semua berawal ketika pasukan Mataram Islam yang sedang membangun ibu kota kerajaan kekurangan pangan.
Menurut Murdijati Gardjito, profesor sekaligus peneliti di Pusat Kajian Makanan Tradisional (PKMT), Pusat Studi Pangan dan Gizi UGM, sejarah gudeg dimulai bersamaan dengan dibangunnya kerajaan Mataram Islam di alas Mentaok.
Dia meneruskan, ketika itu banyak pohon yang ditebang.
Di antara pohon-pohon itu ada pohon nangka, kelapa, juga melinjo.
Pohon-pohon itu ternyata menginspirasi para prajurit untuk membuat makanan dari bahan-bahan tersebut.
Karena yang bekerja saat itu jumlahnya banyak, maka makanan yang dibuat pun harus banyak.
Untuk proses memasaknya, harus diaduk, atau dalam bahasa disebut hangudek, menggunakan alat menyerupai dayung perahu.
Dari proses mengaduk (hangudeg) ini makananan yang diciptakan dari nangka muda ini disebut gudeg.
Selain itu, gudeg juga tercatat dalam karya sastra Jawa Serat Centhini.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR