Mereka menggunakan bahawa Jawa kuno.
Ini adalah bahasa campuran antara bahasa asli dengan bahasa sansekerta.
Dengan bahasa Jawa ngoko-krama, penguasa Mataram berusaha menanamkan pengaruhnya melalui jalan kebudayaan.
Adanya jarak sosial sebagai hasil dari eksistensi bahasa Jawa ngoko-krama bertujuan untuk mengembangkan kekuasaan.
Jarak sosial akan memudahkan Mataram melakukan konsolidasi terkait dengan kedudukannya.
Sebab tata bahasa ngoko-krama juga menjadi norma pergaulan di masyarakat.
Juga berfungsi sebagai tata unggah-ungguh sekaligus untuk menyatakan rasa hormat dan keakraban.
Muncul situasi sosial yang dilekati dengan norma kesopanan.
Pemakaian ngoko-krama sebagai alat politik kekuasaan tidak lepas dari kesadaran historis sosial, bahwa pendiri dinasti Mataram berasal dari kalangan petani.
Dalam konsep sosial Hindu (kasta), dengan mengubah Mataram yang semula wilayah kabupaten menjadi kerajaan, pendiri dinasti Mataram telah mengalami peningkatan kelas sosial.
“Dinasti Mataram mengalami mobilitas dari Waisya ke Ksatria,” demikian seperti dikutip dari Konsep Kekuasaan Jawa: Penerapan oleh raja Mataram (1987).
Seiring dengan munculnya unggah-ungguh bahasa Jawa ngoko-krama, sastra babad di masa Mataram juga berkembang pesat.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR