Intisari-online.com -Sultan Ageng Tirtayasa adalah sultan Banten ke-6 yang membawa kerajaan Banten ke puncak kemakmuran.
Ia memerintah antara tahun 1651-1683 dan terkenal sebagai raja yang berani melawan VOC.
Karena keberaniannya dalam membela bangsa Indonesia, ia dijuluki sebagai musuh nomor satu Belanda.
Sultan Ageng Tirtayasa terlahir pada tahun 1631 dari pasangan Sultan Abu al-Ma’ali Ahmad dan Ratu Martakusuma.
Ia merupakan cucu dari Sultan Agung, sultan Banten ke-4 yang juga melawan Belanda.
Ia naik takhta pada usia 20 tahun menggantikan kakeknya yang wafat pada tahun 1651.
Selama memerintah, Sultan Ageng Tirtayasa berupaya keras melakukan pembaharuan terhadap Banten dan menjadikannya sebagai pusat aktivitas Muslim di Kepulauan Indonesia.
Ia juga membuka pelabuhan-pelabuhannya bagi pedagang dari Britania, Denmark, Prancis, India, Cina, dan Arab.
Bahkan menuntut bagian dalam perdagangan pala di Ambon dan perdagangan timah di Semenanjung Malaya.
Kondisi ini menimbulkan konflik kepentingan dengan VOC yang ingin menguasai perdagangan dan sumber daya alam di wilayah tersebut.
VOC pun berusaha menghambat dan menghancurkan Banten dengan berbagai cara.
Baca Juga: Pengkhianat Mataram yang Diinjak-injak di Kompleks Makam Sultan Agung Hingga Saat Ini
VOC melakukan blokade dan gangguan terhadap kapal dagang dari Cina dan Maluku yang akan menuju Banten.
VOC juga menghalangi kegiatan perdagangan di Banten dengan memonopoli perdagangan di kawasan pesisir Jawa.
Sultan Ageng Tirtayasa tidak diam saja melihat tindakan VOC yang merugikan Banten.
Ia memerintahkan rakyat Banten untuk menolak kerja sama dengan VOC dan menyerang pos-pos VOC di Batavia pada tahun 1656.
Ia juga menjalin persahabatan dengan bangsa Eropa lainnya, seperti Inggris dan Denmark, untuk memperkuat pertahanan negerinya.
Perlawanan Sultan Ageng Tirtayasa terhadap VOC berlangsung selama 27 tahun (1656-1683). Perlawanan ini dikenal sebagai Perang Banten atau Perang Jawa-Belanda.
Perlawanan ini merupakan salah satu perlawanan terbesar dan terlama yang pernah dilakukan oleh bangsa Indonesia terhadap penjajah Belanda.
Namun, perlawanan Sultan Ageng Tirtayasa tidak didukung oleh semua pihak di Banten.
Putra sulungnya sendiri, Pangeran Purbaya atau Sultan Haji, bersikap pro-VOC dan mengkhianati ayahnya.
Ia bersekutu dengan VOC untuk menggulingkan Sultan Ageng Tirtayasa dari tahta dan mengambil alih kekuasaan.
Akhirnya, pada tahun 1683, Sultan Ageng Tirtayasa ditangkap oleh pasukan VOC dan dibuang ke Batavia.
Baca Juga: Sultan Haji, Sosok Pengkhianat yang Jadi Kunci Kehancuran Kesultanan Banten, Kudeta Ayahnya Sendiri
Ia meninggal dunia di sana pada tahun yang sama.
Meskipun demikian, perjuangan Sultan Ageng Tirtayasa tidak sia-sia.
Ia telah menunjukkan semangat patriotisme dan nasionalisme yang tinggi dalam melawan penjajah.
Sultan Ageng Tirtayasa diakui sebagai pahlawan nasional Indonesia pada tahun 1973 oleh Presiden Soeharto melalui Surat Keputusan Presiden Nomor 087/TK/Tahun 1973 tanggal 8 November 1973.
Nama Sultan Ageng Tirtayasa juga diabadikan sebagai nama Universitas di Provinsi Banten.