Sultan Haji, Sosok Pengkhianat yang Jadi Kunci Kehancuran Kesultanan Banten, Kudeta Ayahnya Sendiri

Ade S

Penulis

Lukisan Masjid Banten Lama. Berikut ini kisah Sultan Haji yang berkhianat kepada Sultan Ageng Tirtayasa dengan bantuan Belanda. Pengkhianatannya itu justru menghancurkan Kesultanan Banten.
Lukisan Masjid Banten Lama. Berikut ini kisah Sultan Haji yang berkhianat kepada Sultan Ageng Tirtayasa dengan bantuan Belanda. Pengkhianatannya itu justru menghancurkan Kesultanan Banten.

Intisari-Online.com -Kesultanan Banten adalah salah satu kerajaan Islam yang pernah berjaya di Nusantara.

Namun, kejayaan Kesultanan Banten tidak bertahan lama. Pada akhir abad ke-17 M, kerajaan ini mengalami kemunduran akibat konflik internal dan campur tangan Belanda.

Salah satu tokoh yang berperan besar dalam runtuhnya Kesultanan Banten adalah Sultan Haji, raja keenam yang berkuasa dari tahun 1683-1687 M.

Bagaiaman itu bisa terjadi? Benarkah dia berkhianat pada ayahnya sendiri karena hasutan VOC? Simak ulasannya berikut ini.

Awal Kehidupan

Sultan Haji bernama asli Sultan Abu Nashar Abdul Qahar.

Dia adalah putra dari Sultan Ageng Tirtayasa, raja kelima Kesultanan Banten yang terkenal sebagai pejuang anti-kolonialisme.

Sultan Ageng Tirtayasa memerintah dari tahun 1651-1683 M, dan berusaha membangun kerajaan yang mandiri dan kuat.

Sultan Haji sendiri dipercaya oleh ayahnya untuk mengurus urusan dalam negeri kerajaan, sementara urusan luar negeri ditangani oleh saudaranya, Pangeran Arya Purbaya.

Namun, Sultan Haji tidak puas dengan peran yang diberikan kepadanya. Dia merasa diabaikan dan disingkirkan oleh ayahnya dari takhta kesultanan.

Baca Juga: Jadi Sosok Terpenting dalam Pendidikan Indonesia, Ajaran Ki Hadjar Dewantara Ternyata 'Dicontek' Finlandia

Kerjasama dengan VOC

Ketidakpuasan Sultan Haji dimanfaatkan oleh Belanda, yang saat itu sudah mendirikan kantor dagang VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) di Banten.

Perwakilan VOC, W. Caeff, segera mendekati Sultan Haji dan menawarkan bantuan untuk merebut kekuasaan dari ayahnya.

Sultan Haji tergiur dengan janji-janji Belanda, dan menuduh ayahnya sebagai tiran yang menindas rakyat. Dia juga menghasut para bangsawan dan ulama untuk mendukung pemberontakannya.

Pada tahun 1680 M, Sultan Haji memimpin pasukan pemberontak untuk menyerang ibu kota kerajaan, Surosowan.

Perang Saudara

Perang saudara antara Sultan Haji dan Sultan Ageng Tirtayasa berlangsung selama tiga tahun.

Sultan Ageng Tirtayasa berhasil bertahan di benteng Surosowan, meskipun dikelilingi oleh pasukan pemberontak dan Belanda.

Dia juga mendapat bantuan dari sekutu-sekutunya, seperti Kesultanan Mataram dan Kesultanan Aceh.

Namun, pada tahun 1683 M, benteng Surosowan jatuh ke tangan pemberontak setelah dikhianati oleh seorang panglima perang bernama Wiraguna.

Sultan Ageng Tirtayasa ditangkap dan dibawa ke benteng Speelwijk milik Belanda. Sultan Haji kemudian naik tahta sebagai raja baru Kesultanan Banten.

Baca Juga: Apa Itu Ular Falak? Sosok yang Diklaim Mampu Melahap Alam Semesta

Akibat Pengkhianatan

Sultan Haji mengira bahwa dengan bekerja sama dengan Belanda, dia akan mendapat keuntungan dan kekuasaan. Namun, dia salah besar.

Belanda tidak menghormati kesepakatan yang dibuat dengan Sultan Haji. Mereka malah memaksakan monopoli dagang dan menuntut upeti yang besar dari kerajaan.

Sultan Haji tidak mampu menentang Belanda, karena dia telah kehilangan dukungan dari rakyat dan bangsawan.

Banyak yang menyesali pengkhianatannya terhadap ayahnya, dan merindukan masa kejayaan Kesultanan Banten.

Sultan Haji juga harus menghadapi pemberontakan dari saudaranya, Pangeran Arya Purbaya, yang tidak mau tunduk kepada Belanda.

Pada tahun 1687 M, Sultan Haji meninggal dunia secara misterius.

Ada yang mengatakan bahwa dia diracun oleh Belanda, ada juga yang mengatakan bahwa dia dibunuh oleh pihak-pihak yang tidak senang dengan pengkhianatannya.

Jenazahnya dimakamkan di Masjid Agung Banten.

Kesimpulan

Sultan Haji adalah raja Kesultanan Banten yang berkhianat kepada ayahnya sendiri, Sultan Ageng Tirtayasa, demi merebut kekuasaan dengan bantuan Belanda.

Namun, pengkhianatannya itu justru menjadi kunci kehancuran Kesultanan Banten, karena Belanda semakin menguasai wilayah dan ekonomi kerajaan.

Sultan Haji meninggal dunia tanpa meninggalkan warisan yang baik bagi rakyat dan bangsanya.

Baca Juga: Bak Punya Seribu Wajah, Inilah Sosok Ferdinand Waldo Demara, Penipu yang Menginspirasi Film 'The Great Impostor'

Artikel Terkait