Pukul 17.00 WIB biasanya praktik dimulai. Ada pasien yang sudah mendaftar sejak siang lalu pergi, ada juga yang langsung datang dan menunggu giliran.
Garasi yang menjadi ruang tunggu itu terkadang penuh dengan pasien, sesuai urutan mereka masuk ke ruang praktik yang berukuran kecil.
Di ujung garasi ada meja registrasi yang menyediakan amplop-amplop putih bergaris tepi biru-merah.
Pasien yang sudah sering datang mengetahui cara dan jumlah pengisian amplop untuk tarif “ikhlas hati” tersebut.
Amplop yang sudah diisi dibawa masuk ke ruang praktik saat diperiksa, dan ditinggalkan di meja dr. Aznan setelah pemeriksaan selesai.
Bagi yang belum mengetahui dan bertanya tentang biaya, terkadang mendapat teguran dan kekesalan Pak Dokter.
Obat racikan sendiri atau resep obat generik yang bisa didapat di banyak apotek dengan harga terjangkau adalah pilihan dr. Aznan untuk pasiennya.
“Dokter yang Tidak Komersil”
Seorang kontraktor bernama Andi (30), yang tinggal di Jln. Eka Rasmi, Kelurahan Gedung Johor Medan, datang dengan mobil APV putih bersama tiga anaknya.
Ia mengatakan, bukan hanya karena tidak ada tarif yang ditetapkan, ia membawa ketiga anaknya yang batuk pilek ke dr. Aznan.
Tapi ia sangat yakin pada kualitas dokter tersebut. Dulu ketiga anaknya pernah menderita radang kelenjar di leher.
KOMENTAR