Ia hidup berprofesi sebagai petani yang gemar memperdalam ilmu agama dan tumbuh sebagai seorang yang religius. Di kemudian hari ia benar-benar menjadi orang yang berpengaruh.
Desa tempatnya tinggal bernama desa Sela. Nama Sela berkaitan dengan keberadaan bukit/gunung berapi, dan merupakan sumber banyak garam dan api abadi yang terdapat dari wilayah Grobogan. Di desa tersebut juga Ki Ageng Selo meninggal dan dimakamkan.
Kompleks pemakaman Ki Ageng Selo di Tawangharjo hari ini masih dirawat oleh keluarga besar Karaton Kasunanan Surakarta Hadiningrat sebagai bagian dari kagungandalem atau bangunan milik Raja Surakarta.
Kisah Ki Ageng Selo Menaklukkan Petir
Ki Ageng Selo dikenal sebagai sang penakluk petir. Kisah tersebut bermula saat Ki Ageng Selo membuka ladang.
Kemudian tiba-tiba langit menjadi mendung dan mulai turun hujan, seketika itu datang petir dan kilat yang menyambar-nyambar, sehingga mengganggu kegiatan pertaniannya.
Terganggu dengan hal tersebut, Ki Ageng Selo menantang petir yang berusaha mengganggunya untuk menampakkan wujudnya.
Tak lama kemudian petir tersebut berubah menjadi naga dan berubah wujud berkali-kali menjadi makhluk mengerikan.
Ki Ageng Selo yang merasa kesal karena dirinya diganggu oleh makhluk tersebut maka terjadi perkelahian antara keduanya diiringi petir yang menggelegar.
Pada akhirnya, Ki Ageng Selo berhasil mengalahkan makhluk tersebut dan mengikatnya di sebuah pohon Gandri dan makhluk tersebut berubah menjadi kakek tua.
Ki Ageng Selo pun membawa kakek tua yang terus berubah-ubah wujud tersebut ke Demak untuk dilaporkan kepada sultan. Kakek itu kemudian dikerangkeng oleh Sultan dan menjadi tontonan di alun-alun.
Baca Juga: Peninggalan Sultan Agung yang Menunjukkan Masa Kejayaan Mataram Islam
KOMENTAR