Namun, dalam perjalanan pulangnya, ia mengalami berbagai cobaan dan kesulitan.
Ia jatuh sakit dan berjalan miring (doyong) hingga sampai di sebuah desa yang kemudian dinamakan Desa Doyong.
Ia juga sempat berdakwah di Desa Gondang Jenalas (sekarang wilayah Gemolong) dan mendirikan sebuah masjid.
Akhirnya, ia meninggal dunia di sebuah desa yang disebut Desa Pendem (berarti tempat memendam mayatnya Pangeran Samudra).
Sebelum meninggal, ia berpesan agar dimakamkan di sebuah gunung yang sering berkabut. Gunung itu kemudian dikenal sebagai Gunung Kemukus.
Pangeran Samudra tidak meninggal sendirian.
Ia ditemani oleh ibu tirinya, Dewi Ontrowulan, yang mencintainya sebagai seorang ibu.
Dewi Ontrowulan adalah istri kedua Prabu Brawijaya yang juga memeluk agama Islam.
Ia merindukan Pangeran Samudra yang lama tidak pulang ke istana dan akhirnya pergi mencarinya.
Dewi Ontrowulan berhasil menemukan Pangeran Samudra ketika ia sudah sakit parah. Ia merawatnya hingga akhir hayatnya dan kemudian dimakamkan di sebelahnya di Gunung Kemukus.
Hubungan mereka berdua adalah hubungan kasih sayang antara ibu dan anak, bukan hubungan asmara seperti yang sering disalahartikan oleh sebagian orang.
Baca Juga: Mencari Hoki Di Makam Gunung Kawi, Tempat Bersemayamnya Keturunan Raja Mataram
Makam Pangeran Samudra dan Dewi Ontrowulan menjadi tempat ziarah bagi banyak orang yang percaya bahwa mereka dapat memperoleh berkah dan kekayaan dengan melakukan ritual tertentu.
Namun, ritual tersebut tidak ada hubungannya dengan ajaran Islam maupun kisah hidup Pangeran Samudra.
Kisah mereka adalah kisah spiritual yang menginspirasi banyak orang untuk mengikuti jejak mereka dalam mencari ilmu agama Islam.
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR