Intisari-online.com - Gunung Kemukus, yang terletak di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, dikenal sebagai tempat ziarah yang kontroversial karena adanya ritual seks yang dilakukan oleh sebagian pengunjung.
Hal itu bahkan sudah menjadi tradisi yang mensakralkan wilayah Gunung Kemukus.
Namun, di balik stigma negatif tersebut, ada kisah sejarah yang menarik tentang sosok yang dimakamkan di gunung tersebut, yaitu Pangeran Samudra.
Pangeran Samudra adalah salah satu putra dari Prabu Brawijaya V, raja terakhir Kerajaan Majapahit.
Ia hidup pada masa peralihan antara Hindu-Buddha dan Islam di tanah Jawa.
Ia termasuk salah satu pangeran Majapahit yang memeluk agama Islam dan berkeinginan untuk menyebarkan ajarannya.
Menurut beberapa sumber, Pangeran Samudra meninggalkan istana Majapahit untuk mencari Sunan Kalijaga, salah satu wali yang terkenal sebagai penyebar Islam di Jawa.
Ia ingin berguru kepada Sunan Kalijaga dan mempelajari ilmu agama Islam.
Dalam perjalanannya, ia sempat singgah di Demak dan bergabung dengan pasukan Raden Patah yang menyerang Majapahit.
Ia juga sempat belajar agama Islam dari Kyai Ageng Gugur di Desa Pandan Gugur, di lereng Gunung Lawu.
Setelah merasa cukup ilmunya, ia berniat kembali ke Demak.
Baca Juga: Inilah 4 Adab dan Tradisi Ziarah Kubur Sebelum Puasa Ramadhan
Namun, dalam perjalanan pulangnya, ia mengalami berbagai cobaan dan kesulitan.
Ia jatuh sakit dan berjalan miring (doyong) hingga sampai di sebuah desa yang kemudian dinamakan Desa Doyong.
Ia juga sempat berdakwah di Desa Gondang Jenalas (sekarang wilayah Gemolong) dan mendirikan sebuah masjid.
Akhirnya, ia meninggal dunia di sebuah desa yang disebut Desa Pendem (berarti tempat memendam mayatnya Pangeran Samudra).
Sebelum meninggal, ia berpesan agar dimakamkan di sebuah gunung yang sering berkabut. Gunung itu kemudian dikenal sebagai Gunung Kemukus.
Pangeran Samudra tidak meninggal sendirian.
Ia ditemani oleh ibu tirinya, Dewi Ontrowulan, yang mencintainya sebagai seorang ibu.
Dewi Ontrowulan adalah istri kedua Prabu Brawijaya yang juga memeluk agama Islam.
Ia merindukan Pangeran Samudra yang lama tidak pulang ke istana dan akhirnya pergi mencarinya.
Dewi Ontrowulan berhasil menemukan Pangeran Samudra ketika ia sudah sakit parah. Ia merawatnya hingga akhir hayatnya dan kemudian dimakamkan di sebelahnya di Gunung Kemukus.
Hubungan mereka berdua adalah hubungan kasih sayang antara ibu dan anak, bukan hubungan asmara seperti yang sering disalahartikan oleh sebagian orang.
Baca Juga: Mencari Hoki Di Makam Gunung Kawi, Tempat Bersemayamnya Keturunan Raja Mataram
Makam Pangeran Samudra dan Dewi Ontrowulan menjadi tempat ziarah bagi banyak orang yang percaya bahwa mereka dapat memperoleh berkah dan kekayaan dengan melakukan ritual tertentu.
Namun, ritual tersebut tidak ada hubungannya dengan ajaran Islam maupun kisah hidup Pangeran Samudra.
Kisah mereka adalah kisah spiritual yang menginspirasi banyak orang untuk mengikuti jejak mereka dalam mencari ilmu agama Islam.