Intisari-Online.com - Rabu (19/1/2022) malam, objek wisata Gunung Kemukus di Kecamatan Sumberlawang, Sragen catatkan rekor pengunjung setelah didatangi 12 bus pariwisata dan 550 santri.
Gunung Kemukus menjadi daya tarik wisata baru setelah selesai dibangun Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dengan PT Aset Prima Tama sebagai pelaksana proyek.
Jumlah pengunjung pasa Rabu malam lalu menjadi rekor kunjungan bus wisata terbanyak ke Gunung Kemukus pasca-penataan.
Gunung Kemukus (GK) sendiri merupakan kompleks makam Pangeran Samudro dan ibunya, Ontrowulan.
Pengunjung kerap datang ke sana untuk berziarah. Di sana, ada tiga makam di dalamnya.
Sebuah makam besar yang ditutupi kain kelambu putih merupakan makam Pangeran Samudro dan ibunya. Dua makam di sampingnya adalah dua abdi setia sang pangeran.
Sekitar 300 meter dari kompleks makam, di kaki bukit sebelah Timur, terdapat Sendang Ontrowulan.
Sendang ini merupakan mata air yang digunakan Ontrowulan untuk menyucikan diri agar bisa bertemu putranya.
Sayangnya, objek ini tercemar oleh mitos-mitos sesat.
Misalnya, niat seseorang akan terpenuhi asal dia harus berhubungan seks dengan laki-laki atau perempuan yang bukan suami atau istrinya.
Padahal, tidak ada dasar cukup kuat untuk membenarkan mitos ini.
Hasto, sang kuncen, juga tidak pernah tahu dari mana mitos itu berasal.
Karena itu, kini pada hitungan 150 anak tangga menuju makam, Dinas Pariwisata Kabupaten Sragen memasang pengumuman melarang perbuatan asusila.
Namun, begitulah seks, selalu mempunyai daya magnetis yang kuat. Apalagi banyak orang yang percaya akan kebenaran mitos di atas.
Pangeran Samudro sendiri adalah salah seorang putra raja Majapahit terakhir dari ibu selir Ontrowulan.
Ada juga yang mengatakan bahwa Ontrowulan adalah ibu tiri pangeran. Kemudian keduanya jatuh cinta, bak legenda Sangkuriang.
Ketika Majapahit runtuh, Pangeran Samudro tidak ikut melarikan diri seperti saudara-saudaranya.
Ia lalu diboyong ke Demak dan belajar agama Islam pada Sunan Kalijaga.
Setelah dirasa cukup ilmunya, Pangeran Samudro diutus untuk berguru kepada Kiai Ageng Gugur di daerah Gunung Lawu.
Di sini, ia juga menyelesaikan pendidikannya dengan baik. Tiba saatnya ia pulang kembali ke Demak.
Dalam perjalanan pulang, ia didampingi dua orang abdinya dan selalu menyebarkan agama Islam di setiap tempat yang disinggahinya.
Dalam perjalanan pulang itulah Pangeran Samudro jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia.
Jasadnya dimakamkan di sebuah bukit. Di atas bukit itulah selalu tampak kabut hitam bagai asap (kukus) pada setiap musim kemarau maupun penghujan. Karena itulah bukit itu disebut Gunung Kemukus hinga kini.
Mendengar kabar kematian putranya, Ontrowulan memutuskan untuk mengunjunginya.
Di sana Ontrowulan merebahkan diri di pusara makam. Dalam dialog secara gaib, pangeran berpesan pada ibunya.
Kalau ingin bertemu dengannya, Ontrowulan terlebih dahulu harus menyucikan diri di sebuah sendang. Sendang itu kini terkenal dengan nama Sendang Ontrowulan.
Usai menyucikan diri, tubuh Ontrowulan menghilang.
Sementara dari geraian rambutnya, jatuhlah bunga-bunga penghias rambut. Dari bunga itulah tumbuh pohon nagasari hingga kini.