Salah satu pendekatan budaya dan seni yang dilakukan oleh Syekh Asmoroqondi adalah dengan memanfaatkan kesenian wayang kulit sebagai media dakwah.
Ia mengadaptasi cerita-cerita Hindu-Budha yang populer di kalangan masyarakat Jawa dengan menyisipkan nilai-nilai Islam di dalamnya.
Ia juga menciptakan tokoh-tokoh wayang baru yang mewakili para wali dan ulama, seperti Sunan Kalijaga, Sunan Giri, Sunan Kudus, dan lain-lain.
Dengan cara ini, ia berhasil menarik perhatian dan simpati masyarakat untuk mendengarkan ajaran Islam.
Syekh Asmoroqondi juga memiliki peranan dalam bidang politik dan militer.
Ia membantu para wali dalam melawan penjajahan Portugis yang berusaha menguasai Nusantara.
Ia juga membantu kerajaan-kerajaan Islam seperti Demak, Gresik, dan Tuban dalam mempertahankan kedaulatan dan keamanan mereka.
Ia menggunakan keahliannya sebagai pande besi untuk membuat persenjataan yang berkualitas bagi para pejuang Islam.
Syekh Asmoroqondi berdakwah di Tuban hingga akhir hayatnya pada tahun 1425 M.
Ia dimakamkan di Desa Gesikharjo, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban.
Makamnya menjadi salah satu situs ziarah yang banyak dikunjungi oleh para peziarah dari berbagai daerah.
Di sekitar makamnya juga terdapat masjid dan beberapa peninggalan bersejarah lainnya, seperti mimbar, bedug, sumur, dan benda-benda pribadi Syekh Asmoroqondi.
Setiap tahun, diadakan haul atau peringatan wafatnya Syekh Asmoroqondi yang dihadiri oleh ribuan peziarah.
Acara ini biasanya dilaksanakan pada bulan Suro dalam kalender Jawa.
Dalam acara ini, para peziarah mengirimkan doa dan salam kepada Syekh Asmoroqondi sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan atas jasa-jasanya dalam syiar Islam di Nusantara.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR