Sejak kecil, Buya Hamka sudah terbiasa mendengar perdebatan sengit antara kaum muda dan kaum tua tentang paham agama.
Saat ia berusia 10 tahun, ayahnya mendirikan pondok pesantren "Sumatera Thawalib" di Padang Panjang, tempat ia belajar banyak ilmu agama.
Namun, pada usia 16 tahun, ia memutuskan untuk merantau ke Yogyakarta untuk mempelajari pergerakan Islam modern dari tokoh-tokoh seperti H.O.S Tjokroaminoto, Ki Bagus Hadikusumo, R.M Soerjopranoto, dan H. Fakhruddin.
Di sana ia mengenal perbedaan antara gerakan politik Islam Syarikat Islam Hindia Timur dan gerakan sosial Muhammadiyah.
Pada tahun 1925, Buya Hamka pergi ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji dan belajar lebih dalam tentang Islam.
Ia kembali ke tanah air setelah tujuh bulan di sana dan mulai bekerja sebagai penulis di majalah Pelita Andalas di Medan.
Setelah menikah dengan Siti Raham pada tahun 1928, ia lebih aktif dalam kepengurusan Muhammadiyah dan menjabat sebagai ketua cabang Padang Panjang.
Ia juga mendirikan majalah Pedoman Masyarakat pada tahun 1930 sebagai media dakwah dan pemikiran Islam.
Karya Tulis dan Pemikiran
Buya Hamka adalah seorang penulis yang produktif dan berbakat.
Ia menulis berbagai karya tulis, baik fiksi maupun nonfiksi, yang mencerminkan pandangan dan pengalamannya tentang Islam dan Indonesia.
Baca Juga: Benarkah Teori Makkah Jadi Teori Masuknya Islam di Indonesia yang Paling Kuat?
KOMENTAR