Intisari-Online.com - Kabar mengejutkan datang dari Arab Saudi.
Arab Saudi yang terkenal dengan padang gurunnya mendadak mulai menghijau dan ditumbuhi tanaman.
Laporan itu didapat dari Citra satelit dari Arabia Weather.
Dilansir dari kompas.com pada Rabu (11/1/2023), beberapa wilayah di Arab Saudi bagian barat seperti di wilayah Mekkah, Jeddah, dan Madinah yang awalnya padang pasir yang gersang dan kering, kini perlahan mulai menghijau dan ditumbuhi tanaman.
Mengapa hal itu bisa terjadi?
Mengutip dari Science Alert, rupanya hal itu dikarenakan migrasi manusia purba ke Arab selama 400.000 tahun terakhir.
Rupanya pada penggalian arkeologi pada 2021, terungkap ada 5 ekspansi hominini ke semenanjung mulai sekitar 400.000 tahun hingga 55.000 tahun yang lalu.
Hal itu menyebabkan munculnya curah hujan yang akhirnya menyebabkan tanaman dan tumbuhan berkemeran di wilayah tersebut.
Para arkeolog menyebutnya sebagai "jendela hijau".
Dengan adanya hal ini, maka bisa dibilang bahwa wilayah sebenarnya jazirah Arab dulu tidak gersang yang kita pikirkan selama ini.
Malahan jika ada curah hujan yang intens atau sering, maka hal itu bisa menyebabkan adanya pembentukan ribuan danau, kolam, oasis, lahan basah, dan sungai.
Di mana sumber air itu sendiri terletak berselang-seling melintasi Semenanjung Arab yang sebagian besar dilingkupi pasir.
Tapi bagian atasnya terbentuk terbentuk jalur migrasi bagi manusia dan hewan, seperti kuda nil.
Menurut Huw Groucutt, seorang arkeolog dari Max Planck Institute fro the Science of Human History di Jerman, migrasi ini mendorong jenis pergeseran iklim, yaitu peningkatan curah hujan di Jazirah Arab.
Sebab ada migrasi bisa menghubungkan Afrika dan Eurasia.
Dan momen migrasi manusia kuno itu terjadi beberapa kali. Hal inilah yang menyebabkan padang gurun di Arab Saudi yang gersang mulai berybah menjadi padang rumput yang rimbun.
"Arab telah lama dipandang sebagai tempat kosong di masa lalu. Tapi kini tidak lagi," ucap Groucutt.
Misalnya di wilayah Nefud. Dulu wilayah ini menjadi salah satu tempat yang paling tidak layak huni di Bumi.
Namun kini, padang rumput di Nefud tumbuh subur untuk jangka waktu sementara.
Kejadian ini bahkan mampu membuat ilmuwan lain takjub.
"Luar biasa, setiap kali basah (hujan), orang-orang tidak percaya melihatnya," terang pemimpin proyek Prof. Michael Petraglia, dari Max Planck Institute for the Science of Human History, Jerman.
Baca Juga: Masuk Tahun 2023, Begini 3 Fakta Terbaru Perang Rusia dan Ukraina, Siapa yang Unggul?
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR