Sebagai contoh, bagi mereka yang tinggal di belahan Bumi utara, maka waktu siang akan lebih pendek daripada waktu malam.
Nah, karena fenomena solstis ini terjadi pada bulan Desember, maka kini gantian orang-orang di belahan Bumi selatan yang akan mengalami waktu siang lebih panjang daripada waktu malam.
Untuk di Indonesia, Andi menjelaskan bahwa fenomena solstis di bulan Desember di belahan Bumi bagian utara terjadi di Sabang, Miangas, dan Tarakan.
Di mana panjang waktu siang hanya 11,5 jam
Sementara di Indonesia belahan selatan terjadi di Pulau Rote dan Pulau Timor.
Maka waktu siang menjadi lebih panjang dari biasanya, yaitu sekitar 12,7 jam.
Terakhir soal musim dingin dan musim panas.
Pada bulan Desember, di belahan Bumi utara, fenomena solstis menjadi pertanda awal musim dingin.
Sedangkan di belahan bumi selatan, fenomena solstis mengalami musim panas dan menjadi awal dari musim panas.
Baca Juga: Meteor Delta Aquarids 29-30 Juli 2022, Begini Ciri-Ciri Batu Meteorit
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR