Atas kejadian tersebut, para kritikus kemudian mengungkapkan bahwa mesin pabrik itu seharusnya dioperasikan oleh dua orang.
Sementara aksi protes dan boikot terhadap Paris Baguette telah bermunculan di Korea Selatan dan SPC Group.
"Jangan pernah membeli atau pergi ke SPC si perusahaan pembunuh!" kata Konfederasi Serikat Buruh Korea yang merupakan pusat serikat pekerja nasional di Korea Selatan, di akun Twitter resmi mereka.
Tagar seperti “Boikot SPC”, “Perusahaan pembunuh SPC”, dan “Gerakan larangan membeli” pun trending di Twitter Korea Selatan hingga beberapa unggahan mendapatkan ribuan retweet.
Sehari setelah insiden, Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol memerintahkan penyelidikan atas kematian pegawai tersebut.
Ketua SPC Group Huh Young In kemudian meminta maaf secara terbuka dalam konferensi pers.
Ia mengaku salah meminta para pegawai kembali bekerja di lokasi kecelakaan dan tindakannya tidak bisa dimaafkan, menurut isi surat permintaan maaf SPC yang dirilis pada 17 Oktober 2022.
Selain itu, SPC Group berjanji mengalokasikan 100 miliar won (Rp 1 triliun) selama tiga tahun untuk meningkatkan keselamatan pekerja, kata Presiden SPC, Hwang Jae-bok, pada Jumat (21/10/2022).
Asal-usul Paris Baguette
Paris Baguette dibuka pertama kali pada 1988 oleh warga Korea Selatan bernama Hur Young In.
Kemudian, Paris Baguette berkembang menjadi jaringan toko roti mendunia dengan keberadaan bisnis toko roti ini di lebih dari 4.000 lokasi di seluruh dunia.
Jaringan toko roti Korsel yang mendunia ini juga bisa ditemui di Indonesia, dibuka pertama kali pada November 2021.
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR