Tapi ada aturan dalam menggunakan etilen glikol, dan detilen glikol dengan kadar di bawah 0,1 persen.
"Pelarut yang lazim digunakan contohnya propylene glycol, glycerin, dan polyethylene glicol," katanya.
"Namun bahan tersebut tidak bisa pure 100 persen, sehingga dalam pembuatannya mengandung cemaran dengan ambang batas yang diperbolehkan," ujarnya.
Saat masuk ke dalam tubuh, senyawa etilen glikol dan detilen glikol tidak langsung menyerang ginjal, namun ada proses metabolik yang mengubah dua senyata ini menjadi toksik asam oksalat.
Kemudian sifat toksiknya akhirnya menyerang ginjal.
"Ketika asam oksalat berikatan dengan kalsium membentuk kalsium oksalat yang menyumbat dan merusak kerja ginjal," katanya.
Zullies mengatakan, proses pembuatan asam oksalat berbeda-beda pada setiap manusia karena tergantung pada produksi enzim dalam tubuh dan tingkat metabolisme.
Ketika produksi enzim dan aktivitasnya banyak, maka akan mempermudah terbentuknya metabolit.
Namun, jika produksi enzim sedikit dan tingkat metabolisme rendah, maka metabolit etilen glikol dan detilen glikol tidak terbentuk dan meluruhkan zat tersebut dalam tubuh.
Source | : | KompasTV |
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR