Ada pula yang membandingkan dengan Hotman Paris yang justru menolak untuk menjadi pengacara Ferdy Sambo.
"Mungkin ini diterima karea solidaritas suku bunga dan mata uang..." tulis Men del Lijk 27 menimpali komentar tersebut.
Kekecewaan warganet Indonesia terhadap keputusan Febri Diansyah yang menjadi pengacara Putri Candrawathi tentu beralasan.
Selama ini, Febri Diansyah dikenal sebagai seorang aktivis anti-korupsi yang sangat vokal dalam menentang ketidakadilan.
Dalam sebuah wawancara yang dimuat di majalah Intisari edisi Desember 2012, Febri yang saat itu masih anggota ICW pernah mengkritisi profesi para lulusan fakultas hukum.
Menurut Febri, beberapa lulusan dari jurusan tersebut, seperti hakim, jaksa, hingga pengacara (profesinya saat ini) kerap membuatnya kecewa.
Sebab, dalam pengamatan pria kelahiran Padang, 8 Februari 1983 ini, beberapa orang dari profesi tersebut, "Menggunakan ilmu hukumnya untuk me-make-up ‘zombi-zombi’."
Istilah tersebut digunakan Febri sebagai perumpamaan para lulusan hukum yang justru membenarkan sesuatu yang jahat, yang salah.
Peraih Charta Politika Award III 2012 ini kemudian mempertanyakan manfaat ilmu hukum yang dipelajarinya.
Apalagi, dalam wawancara tersebut, Febri juga mengisahkan bagaimana dirinya terinspirasi oleh buku-buku tetralogi karya Pramoedya Ananta Toer.
Buku-buku yang bagi Febri, menggambarkan bagaimana kemiskinan terus merajalela meski banyak orang pintar.
Kondisi tersebut, dalam pengamatan lulusan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada tersebut, terjadi karena mereka yang berpendidikan tidak mau melakukan perubahan.
Namun, kini, Febri Diansyah sepertinya sedang sibuk me-make-up Putri Candrawathi agar siap menghadapi pengadilan terkait pembunuhan Brigadir J.
KOMENTAR