Keraguan tersebut disampaikan oleh pengamat kepolisian ISESS Bambang Rukminto.
Bambang mengungkapkan keraguannya terkait klaim pelecehan seksual didasari atas dua kejanggalan saat rekonstruksi.
Kejanggalan pertama adalah terkait klaim bahwa Bharada E menerima senjata Glock untuk menembak Brigadir J.
"Kalau melihat tadi Bharada E membawa senjata api di sakunyadar sejak awal, Glock itu diserahkan di mana ? Itu yang belum tampak tadi," tutur Bambang Rukminto, seperti dilansir Newsmaker.Tribunnews.com, Rabu (31/8/2022).
Kejanggalan yang kedua dan yang terpenting adalah tidak adanya rekonstruksi adegan pelecehan seksual yang sebelumnya selalu digembar-gemborkan pihak Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi.
"Terkait pelecehan seksual. Di mana pelecehan seksualnya ? enggak tergambar sama sekali dalam rekonstruksi," papar Bambang Rukminto.
Menurut Bambang, jika memang pelecehan seksual tersebut benar-benar terjadi, maka peristiwa tersebut sepatutnya muncul dalam rekonstruksi.
Padahal, selama proses rekonstuksi yang menggambarkan situasi di Magelang, Kuat Ma'ruf dan Putri Candrawathi terlihat selalu kompak mengarahkan setiap adegan.
Lalu kenapa adegan pelecehan seksual justru 'terlewat'?
Melihat banyaknya fakta yang belakangan mulai mengerucut kepada Kuat Ma'ruf, maka rasanya tidak aneh jika sosok ini menjadi satu-satunya tersangka yang pernah mencoba untuk melarikan diri.
KOMENTAR