Akhirnya pertunangan Harald dan Sonja diumumkan pada Maret 1968, dan orang-orang Norwegia dengan cepat menerima Sonja sebagai calon ratu mereka.
Kekhawatiran Raja Olav dan para bangsawan pun hilang dengan penerimaan Sonja yang cepat oleh orang-orang.
Pasangan Sonja dan Harald menikah di Katedral Oslo pada tanggal 29 Agustus 1968, dengan Sonja menjadi Putri Mahkota Norwegia.
Pasangan ini kemudian memiliki dua anak, yaitu Putri Martha Louise (lahir 22 September 1971) dan Putra Mahkota Haakon (lahir 20 Juli 1973).
Meskipun Martha Louise adalah anak sulung, namun dia tidak dilahirkan sebagai pewaris takhta karena dia tidak berhak mewarisi takhta di bawah hukum Norwegia sampai tahun 1991.
Undang-undang diubah tahun itu menjadi anak sulung mutlak, tetapi tidak seperti di negara tetangga Swedia, yang lebih tua anak perempuan tidak bisa menggantikan adik laki-lakinya sebagai ahli waris.
Raja Harald dan Ratu Sonja kini memiliki enam cucu, yaitu: Putri Ingrid Alexandra, Pangeran Sverre Magnus (anak-anak dari Pasangan Putra Mahkota) dan Marius Borg Høiby (putra Putri Mahkota Mette-Marit dari hubungan sebelumnya) dan Maud Angelica, Leah Isadora, dan Emma Talulah Behn (putri Putri Märtha Louise dan mantan suaminya, Ari Behn).
Meskipun Marius Borg Høiby adalah anak Putri Mahkota Mette-Marit dari hubungan sebelumnya, Raja dan Ratu selalu memperlakukannya sama dengan cucu mereka yang lain dan menganggapnya sebagai cucu mereka.
Sonja terjun ke dalam pekerjaannya sebagai Putri Mahkota Norwegia dan menjadi sangat populer di kalangan masyarakat, melansir History of Royal Women.
Selama waktunya dalam peran ini, ia menjabat sebagai Wakil Presiden Palang Merah Norwegia dan mendirikan Dana Putri Märtha Louise untuk membantu anak-anak cacat di Norwegia.
Yang pertama mengakibatkan dia dianugerahi Medali Nansen oleh Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi.
Dia juga mendirikan Kompetisi Musik Internasional Queen Sonja beberapa tahun sebelum suaminya menjadi raja.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR