Intisari-Online.com - Dalam sejarah Kekristenan, Hosokawa Gracia dikenal sebagai orang suci Jepang pertama.
Namun, kanonisasinya oleh tahta suci Vatikan justru memicu kontroversi.
Bagaimana kisah Hosokawa Gracia, dari penganut Budha sekte Zen, kemudian menjadi kristen hingga dianggap sebagai orang suci?
Nama Hosokawa Gracia merupakan nama baptis, sementara wanita ini lahir sebagai Tama.
Ia adalah putri seorang samurai yang dianggap sebagai penghianat terbesar dalam sejarah Jepang, Akechi Mitsuhide.
Meski menjadi putri seorang penghianat, akhir hidup Hosokawa Gracia malah diwarnai dengan kesetiaan yang ia tunjukkan.
Hosokawa Gracia berupaya setia pada suami, pemimpin, dan juga agama yang dianutnya ketika menemui ajal.
Perkenalan Tama dengan dunia kristen sendiri berawal dari perbincangan antara suaminya, Hosokawa Tadaoki dan teman suaminya, Takayama Ukon.
Ketika itu, Ukon bercerita tentang agama kristen yang dianut olehnya.
Tama menikah dengan Tadaoki pada tahun 1578, ketika usianya 15 tahun.
Hosokawa Tadaoki merupakan putra sulung seorang daimyo, Hosokawa Fujitaka.
Dari pernikahannya, Tama dan Tadaoki memiliki dua orang anak.
Mereka adalah pasangan yang serasi dan hidup cukup damai dengan saling mencintai dan menghargai.
Tama seorang gadis yang cantik dan pintar, mewarisi bakat intelektual ayahnya, Mitsuhide yang berpendidikan tinggi, sementara Tadaoki juga seorang yang ahli dalam melukis dan berpuisi, juga piawai dalam upacara minum teh, murid dari guru besar Sen Rikyu yang terkenal.
Setelah menikah, dia menghabiskan waktunya di kastil Syoryuji, Kyoto dengan suaminya.
Ketika Tama mulai tertarik dengan agama Kristen, muncul ketegangan antara ia dan Tadaoki.
Baca Juga: Inilah Resep Daging Qurban Kambing Bumbu Rica-rica,Mudah dan Praktis!
Suaminya tidak suka Tama sering keluar meninggalkan rumahnya sehingga dia tidak lagi sering ke Gereja.
Sementara pada saat Tama pindah agama, Tadaoki marah dan berkali-kali menyuruhnya meninggalkan agama barunya itu.
Bahkan Hideyoshi, seorang jendral Nobunaga, yang saat itu sudah memegang kekuasaan juga memerintahkannya demikian.
Tetapi, Tama yang kini bernama Hosokawa Gracia tetap berpegang teguh pada imannya dan menolak untuk meninggalkan agama barunya.
Telah menjadi penganut Kristen, Hosokawa Gracia kemudian dihadapkan pada pilihan yang sulit.
Pada tahun 1600, terjadi ketegangan antara Ishida Mitsunari dan Tokugawa Ieyasu.
Suami Hosokawa Gracia memihak kubu timur yang dipimpin Tokugawa Ieyasu.
Sementara suaminya berperang, Gracia tinggal di Osaka yang dikuasai Ishida Mitsunari, pemimpin kubu barat.
Pengikut Mitsunari pun memasuki kediaman Hosokawa untuk menawan keluarga Tadaoki.
Hal itu dilakukan agar Tadaoki mundur dari konflik demi keselamatan keluarganya. Tadaoki merespon itu dengan langkah berani. Dia memerintahkan keluarganya untuk bunuh diri agar tidak disandera oleh Mitsunari.
Perintah itulah yang menjadi ujian bagi Gracia, apakah akan mengikuti perintah suaminya atau menaati ajaran agamanya.
Rupanya, Gracia mengambil jalan tengah, ia menolak untuk membantah perintah suaminya, namun dia juga menolak untuk melanggar ajaran agamanya yang melarang bunuh diri.
Sehingga, dia meminta pengikutnya untuk mengantarnya menuju kematian dengan menusuknya.
Tindakan Gracia di hari itu membuat citra Mitsunari rusak di mata samurai lain, sehingga banyak dari mereka yang enggan untuk mendukung Mitsunari.
Sementara itu, seorang pastor memungut jasadnya dari puing-puing kastil dan menguburkannya di Sakai, namun kemudian suaminya memindahkannya ke kuil Sozenji di Osaka.
Tadaoki sebenarnya tidak suka bila istrinya menjadi pengikut kristen, bahkan mengancam akan membunuhnya atas itu.
Namun, kecintaannya kepada istrinya mencegahnya untuk melakukan itu. Sebagai wujud kecintaan terakhir, dia memakamkan Gracia secara kristen.
Pada tahun 1862, tahta suci Vatikan mengkanonisasikannya sebagai santa atau orang suci.
Beberapa orang memperdebatkan kepantasan Hosokawa Gracia sebagai martir Kristen karena menurut mereka, dia meninggal hanya sebagai istri setia, bukan karena mempertahankan imannya.
Selain itu dengan memerintahkan pengikut suaminya untuk membunuhnya juga dianggap sebagai tindakan bunuh diri yang terlarang dalam agama Kristen.
Namun, terlepas dari segala kontroversi tersebut, Gracia tetap merupakan tokoh yang dihormati baik oleh Kristen maupun non-Kristen.
Sementara bagi Hosokawa Tadaoki, tidak ada wanita yang dapat mengisi hatinya seperti yang dilakukan oleh istrinya Gracia.
Dia tidak pernah menikah lagi hingga akhir hayatnya.
(*)