Sejarah Kereta Api Indonesia, Inilah Jalur Kereta Api Pertama yang Dibangun di Indonesia

Khaerunisa

Penulis

Ilustrasi sejarah kereta api Indonesia, KA di Lampung pada 1980-an.
Ilustrasi sejarah kereta api Indonesia, KA di Lampung pada 1980-an.

Intisari-Online.com - Seperti apa sejarah kereta api Indonesia, salah satu transportasi yang kini banyak menjadi pilihan favorit masyarakat?

Kereta api merupakan salah satu pilihan favorit masyarakat Indonesia, moda transportasi ini punya sejumlah keunggulan.

Dibanding moda transportasi darat lainnya, kereta api bebas macet, tepat waktu, lebih nyaman dan aman, serta mampu mengurangi angka kecelakaan di jalan raya.

Selain itu, tarif kereta api juga cukup terjangkau, khususnya untuk tiket kelas ekonomi.

Kini bisa kita kita nikmati berbagai kelebihannya termasuk kenyamanan dan harga yang terjangkau, rupanya beginilah sejarah kereta api Indonesia.

Kereta sendiri telah menjadi moda transportasi populer sejak abad ke-19.

Merupakan kendaraan yang berjalan di atas jalur rel, untuk pertama kali pembangunan rel kereta api di Indonesia dilaksanakan oleh Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS).

Melansir laman Kemendikbud, pada 17 Juni 1864, Gubernur Jenderal Baron Sloet van de Beele melakukan pencangkulan pertama untuk jalur kereta sepanjang 25 kilometer di Pulau Jawa tersebut.

Baca Juga: China Semakin Jauh Meninggalkan Si 'Pelopor Era Kereta Api Supercepat', Kini Pimpin Dunia dengan Kereta Api Paling Cepatnya, Sebanding Pesawat Terbang!

Baca Juga: Jangan Sampai Nyesek Pas Cek Tagihan Listrik di Akhir Bulan, Segera Lakukan 'Tes Koin' Ini di Rumah, 'Rugi Bandar' Kalau Sampai Kecolongan

Peresmian dimulainya pembangunan jalur kereta pertama Indonesia dilakukan di Desa Kemijen.

Jalur kereta tersebut dibangun dalam tiga tahap dengan tahap pertama dari Semarang hingga ke Tanggung, daerah Grobogan.

Jalur ini kemudian beroperasi mulai 10 Agustus 1867 dengan dua perhentian yaitu di Brumbung dan Alastua.

Saat itu juga ada pembagian kelas untuk tiket naik kerata api.

Ada tiga kelas tiket yang dijual NIS dalam sekali perjalanan dengan harga, tiga gulden untuk kelas satu, 1,5 gulden untuk kelas dua dan 0,42 gulden untuk kelas tiga.

Pembangunan rel tahap kedua dilanjutkan dengan rute Tanjung - Kedungjati, dan tahap ketiga Kedungjati-Solo.

Maka pada tahun 1870 terbentang jalur kereta api Semarang - Surakarta dengan persinggahan Alastua, Brumbung, Tanggung, Kedungjati, Padas, Telawam Serang, Gundih, Lawang, Salem, dan Kalioso.

Selain mengangkut penumpang, jalur ini juga digunakan untuk mengangkut hasil bumi terutama gula.

Baca Juga: Jelang Idul Adha 2022, Inilah 5 Manfaat Daging Kambing Qurban

Baca Juga: Suruasinya Makin Genting, Amerika Masih Belum Nyerah Malah Sokong Bantuan Senjata Lebih Canggih Lagi ke Ukraina, Tapi Jepang yang Dibuat Ketar-Ketir Karena Hal Ini

Melansir dari Kementerian Perhubungan, Indonesia menjadi negara kedua di Asia yang memiliki jaringan kereta api tertua setelah India.

Kemudian, pemerintah Hindia-Belanda melalui Staatsspoorwegen (SS) juga membangun jalur kereta api lainnya.

Melansir laman kai.id, pembangunan jalur kereta api tersebut yaitu untuk rute Surabaya-Pasuruan-Malang, yang dilaksanakan pada 8 April 1875.

Selain di Jawa, pembangunan jalur kereta api juga dilakukan di Aceh (1876), Sumatera Utara (1889), Sumatera Barat (1891), Sumatera Selatan (1914), dan Sulawesi (1922).

Hingga akhir tahun 1928, panjang jalur kereta api dan trem di Indonesia mencapai 7.464 km dengan perincian rel milik pemerintah sepanjang 4.089 km dan swasta sepanjang 3.375 km.

Selama masa penjajahan, pengelolaan jalur kereta api sempat berganti hingga masa kemerdekaan. Pada 28 September 1945 Kantor Pusat Kereta Api Bandung berhasil diambil alih.

Kini, tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Kereta Api Indonesia.

Hari itu Djawatan Kereta Api Indonesia Republik Indonesia (DKARI) berdiri. Namun saat Belanda kembali ke Indonesia tahun 1946, mereka membentuk kembali perkeretaapian di Indonesia bernama Staatsspoorwegen/Verenigde Spoorwegbedrijf (SS/VS).

Baca Juga: Niatnya Dipecah Menjadi 5 Bagian Provinsi dengan Tujuan Mempercepat Pembangunan Papua, Rupanya Justru Membuat Rakyat Papua Makin Protes Karena Alasan Ini

Baca Juga: Musnahkan Para Alkemis yang Ciptakan Ramuan Keabadian, Inilah Kaisar Muzong, Kaisar dari Dinasti Tang dengan Pemerintahan Singkat

Selanjutnya, stelah dilaksanakannya Konferensi Meja Bundar (KMB) di tahun 1949, aset-aset milik pemerintah Hindia Belanda mulai diambil alih.

DKARI dan SS/VS kemudian digabung menjadi menjadi Djawatan Kereta Api (DKA) tahun 1950.

Kemudian, pada tanggal 25 Mei DKA berganti menjadi Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA).

Pada tahun 1971, pemerintah mengubah struktur PNKA menjadi Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA).

Sementara itu, dalam rangka meningkatkan pelayanan jasa angkutan, pada tahun 1991 PJKA berubah bentuk menjadi Perusahaan Umum Kereta Api (Perumka).

Belranjut di tahun 1998, Perumka berubah menjadi Perseroan Terbatas sehingga namanya menjadi PT. Kereta Api (Persero).

Untuk yang terbaru, pada tahun 2011 lalu, nama perusahaan PT. Kereta Api (Persero) berubah menjadi PT. Kereta Api Indonesia (Persero).

Itulah sejarah kerata api Indonesia, moda transportasi yang kini memudahkan mobilitas masyarakat Indonesia antar kota maupun antar provinsi.

Baca Juga: Dahsyatnya Bisa Sampai Ciptakan Tsunami yang Mencapai Selat Inggris, Beginilah Letusan Mengerikan Gunung Krakatau yang Sedang Diberitakan Dalam Kondisi Siaga III

Baca Juga: 3 Cara Menyimpan Seprai agar Tetap Rapi, Halus, dan Wangi hingga Buat Tidur Anda Lebih Nyenyak

(*)

Ingin mengetahui lebih banyak tentang sejarah kereta api? Silakan beli koleksi Intisari terbaru di Grid Store atau Gramedia.

Artikel Terkait