Intisari - Online.com -Presiden Rusia Vladimir Putin berhasil dengan jitu menjatuhkan sanksi yang sebelumnya diberikan oleh Eropa kepada Rusia.
Rusia mengatakan pada hari Senin (28/3/2022), bahwa pihaknya tidak akan memasok gas ke Eropa secara gratis karena sedang menyusun metode untuk menerima pembayaran untuk ekspor gasnya dalam rubel.
Akan tetapi, negara-negara G7 menolak permintaan tersebut.
Mengutip Reuters, pada pertemuan para pemimpin Uni Eropa pada hari Jumat, tidak ada kesepakatan yang muncul terkait permintaan Rusia pada pekan lalu bahwa negara-negara "tidak bersahabat" harus membayar dalam rubel, bukan euro, untuk gasnya.
Kebijakan ini akan diterapkan setelah Amerika Serikat dan sekutu Eropa bekerja sama dalam serangkaian sanksi yang ditujukan kepada Rusia.
Kekhawatiran atas keamanan pasokan meningkat setelah permintaan, dengan perusahaan dan negara-negara UE berupaya untuk menaksir konsekuensinya.
Bank sentral Rusia, pemerintah dan Gazprom, yang menyumbang 40% dari impor gas Eropa, harus mempresentasikan proposal mereka untuk pembayaran gas rubel kepada Presiden Vladimir Putin pada 31 Maret.
"Kami tidak akan memasok gas secara gratis, ini jelas," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov melalui panggilan konferensi.
"Dalam situasi kami, ini hampir tidak mungkin dan tepat untuk terlibat dalam amal (dengan pelanggan Eropa)."
Rusia akan mengambil keputusan pada waktunya jika negara-negara Eropa menolak untuk membayar dalam mata uang Rusia, tambahnya.
Sementara itu, menteri energi dari negara-negara industri Kelompok Tujuh menolak tuntutan pembayaran rubel.
Hal itu diungkapkan oleh menteri ekonomi dan perlindungan iklim Jerman Robert Habeck setelah mengadakan pembicaraan dengan rekan-rekannya.
"Semua menteri G7 telah sepakat bahwa ini adalah pelanggaran sepihak dan jelas dari kontrak yang ada," katanya kepada wartawan setelah konferensi virtual dengan para menteri energi G7.
Dia menambahkan, "Para menteri sekali lagi menggarisbawahi bahwa kontrak yang dibuat adalah sah dan perusahaan harus menghormatinya... pembayaran dalam rubel tidak dapat diterima, dan kami meminta perusahaan terkait untuk tidak memenuhi permintaan Putin," katanya.
Data operator menunjukkan, Pengiriman gas Rusia ke Eropa pada tiga rute pipa utama stabil pada hari Senin, dengan pipa Yamal-Eropa terus mengalir ke arah timur dari Jerman ke Polandia.
Gazprom Rusia mengatakan bahwa pihaknya terus memasok gas alam ke Eropa melalui Ukraina sejalan dengan permintaan dari konsumen Eropa.
Eropa kebakaran jenggot
Tentunya penerapan pembayaran gas Rusia dengan rubel ini mempersulit Eropa.
Nampaknya hal inilah yang membuat NATO memperkuat armadanya.
Departemen Pertahanan AS, Pentagon, pada hari Senin (28/3) mengumumkan bahwa negara telah mengirim enam unit pesawat pengacau radar ke Jerman.
Pengiriman pesawat militer ini merupakan langkah baru untuk memperkuat basis NATO di Eropa.
Dilansir dari The Straits Times, juru bicara Pentagon, John Kirby, mengatakan pesawat yang dikirim adalah EA-18G Growler dan berasal dari Angkatan Laut AS.
Kirby juga memastikan bahwa pesawat tersebut tidak akan digunakan untuk melawan pasukan Rusia di Ukraina.
Jerman adalah satu negara yang menggantungkan kebutuhan energi kepada Rusia.
"Mereka dikerahkan sepenuhnya sesuai dengan upaya kami untuk meningkatkan kemampuan pencegahan dan pertahanan NATO di sepanjang sisi timur," kata Kirby.
Dalam penyataannya, Kiby mengatakan rombongan pesawat itu diperkirakan tiba di Pangkalan Udara Spangdahlem Jerman pada hari Senin waktu setempat.
Enam unit pesawat pengacau radar diterbangkan dari Pangkalan Udara Angkatan Laut Pulau Whidbey, Washington.
Sebagai tambahan, Kirby juga menyebut ada 240 personel angkatan laut yang menemani pesawat itu ke Jerman.
Kirby menjelaskan, pesawat EA-18G Growler adalah versi modifikasi dari F/A-18.
Unit ini memiliki spesialisasi dalam peperangan elektronik, menggunakan sensor untuk membingungkan radar musuh dan sistem pertahanan udara.
Proposal anggaran yang dirilis Gedung Putih hari Senin menunjukkan rencana untuk menghabiskan US$ 6,9 miliar untuk membantu Ukraina menangkis invasi Rusia.
Anggaran tersebut juga termasuk upaya mendukung negara-negara anggota NATO.
Sejak invasi Rusia ke Ukraina dimulai 24 Februari lalu, AS telah meningkatkan bantuan ke Ukraina berupa bantuan keamanan dan bantuan kemanusiaan.
Namun, AS masih mengesampingkan pengiriman pesawat terbang atau sistem senjata besar lainnya.
Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky terus menekan negara-negara NATO agar bersedia mengirimkan lebih banyak senjata ke Ukraina.
Beberapa jenis keperluan militer yang diharapkan datang adalah jet tempur canggih, sistem pertahanan rudal, tank, kendaraan lapis baja dan rudal anti-kapal.