Find Us On Social Media :

Memang yang Perang Rusia dan Ukraina, Tapi Siapa Sangka Asia Tenggara Diam-Diam Kena Imbasnya Juga Tanpa Disadari Sudah Mengalami Kerugian Besar Ini Gara-Gara Perang Tersebut

By Afif Khoirul M, Senin, 28 Maret 2022 | 12:52 WIB

Presiden Jokowi dan Presiden Rusia Vladimir Putin

Intisari-online.com - Konflik Rusia-Ukraina mengancam pemulihan ekonomi Asia Tenggara dari pandemi, jika tidak secara langsung, melalui kerusakan yang diderita Eropa.

Negara-negara ASEAN menghadapi "kerusakan tak terduga" dari konflik Rusia-Ukraina dan sanksi Barat terhadap Moskow.

Menurut analis, perang di Ukraina tidak mungkin memiliki dampak langsung dan serius terhadap ekonomi Asia Tenggara.

Namun, mereka memperingatkan bahwa perang yang berkepanjangan tidak hanya akan merugikan Uni Eropa (UE), tetapi juga berdampak negatif dalam segala hal mulai dari perdagangan hingga pariwisata.

Maybank (Malaysia) mengatakan ekspor, investasi asing langsung dan pertumbuhan ekonomi ASEAN dapat terpengaruh jika pertumbuhan ekonomi Eropa melambat atau menurun akibat perang.

Menurut Maybank, UE saat ini menyumbang 9% dari total ekspor ASEAN dan 11% dari investasi asing langsung.

Selain "kerusakan yang tidak terduga", menurut Bank DBS (Singapura), negara-negara ASEAN juga menghadapi beberapa risiko langsung ketika mereka harus bergantung pada komoditas tertentu.

Seperti dalam kasus Indonesia, Filipina adalah beras dan mie yang diimpor dari Ukraina dan Rusia.

Baca Juga: Presidennya Mati-matian Bantu Rusia, Rakyat Belarusia Malah Ambil Sumpah untuk Bergabung dengan Angkatan Bersenjata Ukraina, Mengapa Mereka Membantu Ukraina?

Baca Juga: Pantas Putin Tetap Tenang Meski Dimusuhi Seisi Dunia, Selain Senjata Nuklir, Rupanya Rusia Juga Punya Senjata Siluman Ini, 'Tidak Terlihat' oleh Musuh Tapi Bisa Hancurkan NATO

Menurut Nikkei Asia, kekhawatiran lain adalah dampaknya terhadap pariwisata, terutama ketika negara-negara ASEAN mulai membuka pintu bagi pengunjung internasional.

Langkah demi langkah, pemerintah di kawasan itu mulai melonggarkan kontrol perbatasan untuk menghidupkan kembali pariwisata dan menghidupkan kembali ekonomi.