Find Us On Social Media :

Presidennya Mati-matian Bantu Rusia, Rakyat Belarusia Malah Ambil Sumpah untuk Bergabung dengan Angkatan Bersenjata Ukraina, Mengapa Mereka Membantu Ukraina?

By May N, Senin, 28 Maret 2022 | 11:40 WIB

Rakyat Belarusia membentuk Batalyon Kastus Kalinuoski untuk bergabung dengan Ukraina melawan Rusia

Intisari - Online.com - Rakyat Belarusia membentuk sebuah batalyon yang dinamai Kastus Kalinuoski yang akan bergabung dengan Angkatan Bersenjata Ukraina.

Mereka pun mengambil sumpah dengan bahasa Belarusia, mengutip The Kyiv Independent, media Ukraina.

Beredar juga di aplikasi chat Telegram video ketika yang dimaksud rakyat Belarusia mengambil sumpah untuk bergabung dengan Batalyon Kastus Kalinuoski yang nantinya dikirim untuk membantu Ukraina.

Melansir pravda.com.ua, secara harfiah sumpah mereka berbunyi:

"Pada hari penting bagi sejarah Belarusia ini, para sukarelawan dari batalyon Kastus Kalinovsky mengambil sumpah. Batalyon kami adalah bagian dari Angkatan Bersenjata Ukraina.

Sumpah itu ditulis dalam bahasa Belarusia oleh para sukarelawan kami. Kami yakin bahwa di masa depan teks ini akan menjadi dasar sumpah tentara Belarusia yang sebenarnya."

Batalyon itu dibentuk setelah serangan Rusia di Ukraina.

Pada 25 Maret, warga Belarusia merayakan Hari Kebebasan, hari libur nasional tidak resmi, peringatan kemunculan negara nasional Belarusia pertama, Republik Rakyat Belarusia (25 Maret 1918).

Baca Juga: Pantas Putin Tetap Tenang Meski Dimusuhi Seisi Dunia, Selain Senjata Nuklir, Rupanya Rusia Juga Punya Senjata Siluman Ini, 'Tidak Terlihat' oleh Musuh Tapi Bisa Hancurkan NATO

Baca Juga: Vladimir Putin Makin Terpuruk! Padahal Jadi Satu-satunya Harapan Rusia, Mendadak China Batalkan Investasi Senilai Rp7,1 Triliun, Bikin Ekonomi Rusia Kian Runtuh

Vincent Konstantin Kalinovsky adalah salah satu pemimpin regional Pemberontakan Januari Polandia di tanah Lituania dan Belarusia modern, yang ditujukan terhadap Kekaisaran Rusia.

Sementara itu melansir nytimes.com, beberapa warga Belarusia yang diasingkan membentuk batalyon di negara yang menampung mereka, mengatakan peperangan melawan dominasi Vladimir Putin adalah sama dengan yang terjadi di kampung halaman mereka.