Intisari-Online.com - Meski telah digelar pembicaraan damai untuk menyelesaikan konflik Rusia-Ukraina, tetapi belum ada kesepakatan genjatan senjata yang dicapai.
Di tengah kondisi tersebut, negara kecil sekutu Rusia ini malah dilaporkan berencana melancarkan invasi ke negara Eropa lainnya.
Melansir express.co.uk (2/3/2022), Presiden Belarusia Alexander Lukashenko muncul untuk merilis rencana militer di TV yang mencakup invasi wilayah Transnistria Moldova.
Presiden Belarusia berbicara kepada dewan keamanannya dengan peta Ukraina yang tampaknya menunjukkan pergerakan pasukan yang direncanakan dan target infrastruktur.
Peta itu juga membagi Ukraina menjadi empat bagian.
Peta tersebut menunjukkan wilayah yang memisahkan diri dari Moldova, Transnistria, juga menjadi sasaran.
"Terima kasih kepada orang-orang ini. Mereka memperingatkan kami," kata Presiden Lukashenko.
"Jadi secara harfiah enam jam sebelum peluncuran rudal, kami menemukannya, dan Rusia.
"Iskander itu ada di sini, ya?," lanjutnya.
Sementara sorang pejabat keamanan mengatakan, "Di wilayah Mazyr."
Kemudian, Lukashenko melanjutkan dengan mengatakan bahwa rudal-rudal di wilayah Mazyr mengenai posisi [Ukraina], "setelah itu kami tidak melihatnya lagi."
"Begitu Rusia mulai bergerak maju, kami tidak lagi melihat posisi itu.
"Itulah mengapa saya mengatakan bahwa, ya, memang ada peluncuran rudal dari wilayah Belarusia dan telah berbagi kejujuran dengan target yang kami serang."
Peta tersebut merinci serangan Rusia dari Belarus di sepanjang perbatasan timur Ukraina.
Selain itu, juga menyoroti potensi serangan ke Kyiv dengan pasukan menuju keluar dari Donetsk dan Krimea sebelum bergabung di Melitopol.
Serangan lebih lanjut ditunjukkan di kota Dnipro yang belum terjadi.
Itu terjadi ketika para pemimpin militer Belarusia termasuk di antara mereka yang menjadi sasaran sebagai bagian dari sanksi tahap pertama Inggris terhadap Minsk atas peran yang dimainkannya dalam invasi Rusia ke Ukraina.
Menteri Luar Negeri Ingggris Liz Truss mengatakan pemerintahan presiden Belarusia Alexander Lukashenko "secara aktif membantu dan bersekongkol dengan invasi ilegal Rusia" dan harus dibuat merasakan "konsekuensinya".
Empat pejabat senior pertahanan dan dua perusahaan militer telah diberi sanksi segera di bawah rezim sanksi Rusia Inggris, kata Kantor Luar Negeri, Persemakmuran dan Pembangunan (FCDO).
Orang-orang yang disebutkan namanya tidak akan dapat melakukan perjalanan ke Inggris dan aset apa pun yang berbasis di Inggris akan dibekukan.
Keputusan tersebut mempengaruhi kepala staf umum Belarus dan wakil menteri pertahanan pertama, Mayor Jenderal Victor Gulevich, yang bertanggung jawab untuk mengarahkan angkatan bersenjata Belarusia.
Kantor Luar Negeri Inggris mengatakan militer Belarusia telah "mendukung dan memungkinkan invasi Rusia ke Ukraina".
Baca Juga: Gencarkan Penjualan Produk UMKM Secara Daring, Kemenparekraf Luncurkan Warung Rojali
(*)