Intisari-Online.com -Melalui Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Pemerintah Indonesia merilis pernyataan resmi mengenai serangan militer Rusia terhadap Ukraina.
Dilansir dari laman Kemlu, kemlu.go.id, Jumat (25/2/2022), pemerintah Indonesia menyampaikan lima poin pernyataan terkait serangan militer di Ukraina sebagai berikut:
1. Penghormatan terhadap tujuan dan prinsip piagam PBB dan hukum internasional, termasuk penghormatan terhadap integritas wilayah dan kedaulatan, penting untuk terus dijalankan.
2. Oleh karenanya, serangan militer di Ukraina tidak dapat diterima. Serangan juga sangat membahayakan keselamatan rakyat dan mengancam perdamaian serta stabilitas kawasan dan dunia.
3. Indonesia meminta agar situasi ini dapat segera dihentikan dan semua pihak agar menghentikan permusuhan serta mengutamakan penyelesaian secara damai melalui diplomasi.
4. Indonesia mendesak Dewan Keamanan PBB untuk mengambil langkah nyata guna mencegah memburuknya situasi.
5. Pemerintah, melalui Kementerian Luar Negeri, telah mempersiapkan rencana evakuasi WNI. Keselamatan WNI selalu menjadi prioritas pemerintah.
Terlepas dari sikap netralnya terhadap konflik Rusia-Ukraina, Indonesia juga punya hubungan dengan Rusia.
Dalam Forum Konsultasi Bilateral Indonesia-Rusia ke-4 yang diselenggarakan Kementerian Luar Negeri pada 3 Maret 2021 lalu, Indonesia dan Rusia sepakat untuk menghilangkan hambatan perdagangan untuk mencapai target volume perdagangan yang diharapkan kedua negara, yakni sebesar USD 5 miliar (sekitar Rp71,67 triliun)
Dalam forum itu, Indonesia juga menekankan perlunya membangun kemitraan strategis yang lebih berorientasi pada aksi (action-oriented), memperkuat diplomasi ekonomi dan refocusing prioritas kerja sama untuk memperkokoh hubungan kedua negara.
Terutama untuk memulihkan perekonomian yang sempat terpuruk akibat dampak pandemi Covid-19.
Mengutip Antara, Duta Besar Rusia Lyudmila Vorobieva pada Jumat (18/2/2021) berbicara tentang perkembangan hubungan bilateral Indonesia dan Rusia.
Dubes mengatakan bahwa Rusia menganggap Indonesia sebagai mitra sekaligus sahabat Rusia di antara negara-negara ASEAN.
Saat ditanya mengenai hubungan bilateral antara Rusia dan Indonesia, Dubes mengatakan bahwa dalam beberapa dekade terakhir hubungan kedua negara semakin baik dan bahkan sangat dekat pada sekitar 1960 selama kepresidenan Soekarno.
Seperti diketahui, Soekarno pernah mengunjungi Rusia empat kali, dan bahkan lagu 'Rayuan Pulau Kelapa' diterjemahkan ke dalam Bahasa Rusia dan menjadi sangat populer di sana.
Dubes mengatakan hubungan kedua negara semakin baik dan bahkan pandemi Covid-19tidak menurunkan omset perdagangan kedua negara yang meningkat 40 persen pada tahun 2020.
Ini merupakan presentase yang cukup besar dan nilai perdagangan kedua negara telah mencapai 3 miliar dolar AS.
Dubes melanjutkan bahwa hubungan politik kedua negara juga sangat baik.
Tahun 2020, menteri laur negeri Rusia mengunjungi Jakarta pada Juli.
Sementara sekretaris Dewan keamanan Jenderal Patricia juga mengunjungi Jakarta pada Desember.
Mereka terlibat dalam diskusi yang sangat konstruktif.
Kedua pihak berbagi banyak pandangan tentang situasi yang terjadi di dunia dan juga tentang agenda global.
Kedua negara bekerja sana selama keanggotaan tidak tetap Indonesia di Dewan Keamanan PBB.
Dan kedua negara telah mencapai beberapa hasil yang signifikan dari upaya bersama.
Kemudian, Indonesia dan Rusia juga bekerja sama di berbagai organisasi internasional lainnya.
Sebelum Covid, kata Dubes, kedua negara juga mencatat pertukaran wisatawan dalam jumlah yang sangat besar.
Pada tahun 2019, kedua negara mencatata 160.000 wisatawan Rusia pergi ke Bali.
Dubes mengatakan, "Jika Anda bertanya kepada orang Rusia tentang Indonesia, mereka akan menjawab 'Oh, Bali, tentu saja kami tahu. Itu adalah tempat yang indah'. Dan tentu saja Indonesia lebih menarik lagi."
Selain itu, Rusia juga merupakan salah satu mitra dagang sekaligus sumber investasi Indonesia.
Kedua negara telah sepakat untuk menghilangkan hambatan perdagangan untuk mencapai target volume perdagangan.