Intisari - Online.com -Berhari-hari lamanya, penduduk Kyiv memberanikan diri menghadapi konvoi pasukan Rusia sepanjang 40 mil atau 65 kilometer berisi tank, kendaraan lapis baja, dan artileri derek yang menuju Kyiv.
Pasukan Rusia berupaya menjatuhkan ibu kota Ukraina, Kyiv.
Namun beberapa hari kemudian, mereka masih menunggu terjadi serangan.
Kamis lalu, intelijen AS mengatakan bahwa konvoi masih berada cukup jauh dari Kyiv, mendukung klaim yang dibuat oleh pemerintah Ukraina dan kementerian pertahanan Inggris.
"Kami masih menilai bahwa konvoi yang membuat semua orang takut ini masih terhenti. Kami tidak punya alasan klaim Ukraina bahwa pasukan Ukraina berkontribusi konvoi Rusia berhenti setelah pasukan Ukraina menyerangnya," papar seorang pejabat senior AS dilansir dari CNN.
Hari ini, kementerian pertahanan Inggris mengatakan konvoi tampaknya berhenti kira-kira 30 kilometer di luar Kyiv dan telah membuat "sedikit kemajuan yang terlihat" selama tiga hari terakhir ini, mengutip laporan intelijen.
"Tubuh utama dari pasukan Rusia masuk ke Kyiv tetap berada 30 km dari pusat kota, tertahan karena dilawan perlawanan Ukraina, kerusakan mekanis dan kemacetan. Konvoi itu telah membuat kemajuan kecil selama 3 hari ini," demikian pernyataan Kemenhan Inggris.
Juru bicara Pentagon John Kirby mengatakan pada Rabu malam bahwa sementara konvoi Rusia mendorong untuk masuk Kyiv "tetap berhenti," ada pergerakan signifikan "bahwa mungkin jendela ditutup agar mendapat bantuan masuk ke kota-kota yang di bawah pengepungan."
Baca Juga: Ukraina Minta Larangan Terbang di Atas Chernobyl, SBY Khawatirkan Pecahnya Perang Dunia dan Nuklir
Seorang pejabat senior pertahanan AS mengatakan kepada reporter bahwa walaupun konvoi menderita kekurangan bahan bakar dan makanan, AS telah menilai bahwa pasukan Rusia "akan belajar dari kesalahan langkah ini dan akan mencoba mengatasi masalahnya."
Berhentinya konvoi dapat menyebabkan berbagai masalah strategi untuk Rusia.
Pertama, sebagai kunci garis pasokan Rusia untuk serangan besar ke Kyiv, konvoi tersebut merupakan target diam sangat besar yang bisa digunakan pasukan Ukraina melawan invasi ini.
Kedua, duduk di kemacetan sejauh 65 km berhari-hari dapat mengubah moral dan disiplin tentara Rusia yang dikirim untuk operasi militer besar ini.
Martti Kari, yang sebelumnya menjadi kepala asisten intelijen pertahanan Finlandia, mengatakan kepada CNN bahwa terdampar seperti ini buruk bagi moral tentara untuk dua alasan.
"Pertama, pasukan Ukraina punya drone dan jet tempur yang bisa menyerang konvoi. Kedua, ketika Anda duduk di tempat yang sama rumor beredar dapat berdampak pada pemikiran Anda. Sehingga Anda jadi gugup dan lelah, yang bukan kombinasi yang bagus."
Konvoi diyakini memasuki Ukraina lewat Belarusia, sekutu kunci Putin di mana Rusia telah menggerakkan sejumlah pasukan beberapa minggu ini melaksanakan apa yang mereka sebut latihan gabungan.
Ketika latihan berakhir, pasukan tidak pergi dan gambar satelit menunjukkan bahwa Rusia meningkatkan kehadiran militer mereka di negara itu.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengklaim pada Rabu malam jika perlawanan Ukraina tanpa mengenal lelah telah merusak moral Rusia.
"Lebih banyak penjajah akhirnya kembali ke Rusia, dari kami, dari Anda… kami adalah negara yang mematahkan rencana musuh hanya dalam seminggu -- rencana yang sudah dibangun bertahun-tahun lamanya," ujarnya dalam sebuah unggahan Facebook.
Penilaian terakhir dari konvoi datang setelah militer Rusia mengisukan angka kekerasan pertama dari perang itu, mengatakan 498 dari pasukan mereka telah tewas dan 1597 lainnya terluka.
Pernyataan Inggris Kamis kemarin adalah "angka sebenarnya dari yang terbunuh dan terluka pasti lebih tinggi dan akan terus naik."
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengutarakan "duka besar" atas korban jiwa militer Rusia Kamis pagi.
Namun Rusia tampaknya menghadapi pertahanan yang jauh lebih kecil di Ukraina selatan, di mana walikota kota Kherson di Laut Hitam mengindikasikan bahwa pasukan Rusia telah mengambil alih, walaupun klaim tetap simpang siur.
Dan kota Mariupol di tenggara Ukraina dikepung pasukan Rusia Kamis lalu, saat Moskow mencari cara memperkuat kekuatannya di selatan Ukraina.