Intisari - Online.com -Vladimir Putin bisa menyerang Inggris dengan nuklir kurang dari satu jam, dan Inggris mungkin tidak akan sesiap yang dikira orang-orang, menurut pakar bom atom.
Dilansir dari Daily Star, Presiden Rusia menempatkan senjata nuklirnya dalam "kesiagaan tinggi" akhir minggu lalu merespon gelombang sanksi ekonomi yang ketat dari masyarakat internasional, datang setelah invasi Rusia ke Ukraina.
Walaupun bukan berarti sebuah serangan nuklir pada musuh-musuh NATO Putin bisa terjadi, tapi banyak yang khawatir apa yang bisa terjadi jika sebuah bom menyerang Inggris jika Moskow tidak memutuskan menyerang.
Mengejutkannya, Profesor Andrew Futter, seorang pakar senjata nuklir dari Universitas Leicester, mengatakan kepada MyLondon minggu ini bahwa "kami sebenarnya tidak terlindungi" jika sebuah nuklir ditembakkan ke ibu kota.
Dalam pembeberan mengejutkan, ia menjelaskan: "Kami tidak punya cara melawan rudal balistik Rusia terbang menyerang Inggris.
"Kami mungkin bisa memblokir pesawat pembom, tapi sebagian besar senjata nuklir Rusia berdasarkan rudal.
"Kami akan melihat rudal-rudal datang, kami punya satelit di Yorkshire Utara dan akses kepada sistem peringatan awal AS dan NATO."
Hal ini akan dengan seluruhnya menghancurkan sebagian besar London, membunuh ratusan ribu warga dalam perkiraan minimal.
Lebih jauh lagi, akan diperlukan 15 menit untuk senjata ditembakkan dari Kaliningrad Rusia untuk mencapai tepi pantai Inggris, tidak sempat untuk mengevakuasi seluruh kota.
Dia menambahkan: "Hal itu tidak akan memberikan kami waktu untuk melakukan apapun. Pejabat pemerintah mungkin baik-baik saja, ada gedung bawah tanah di bawah Whitehall dan beberapa tempat persembunyian rahasia."
Namun, Prof Futter mengatakan bahwa "tidak ada dari kami memiliki bola kristal" ia tidak melihat serangan nuklir ke Inggris bisa terjadi karena akan menjadi "ketegangan besar" dan sebuah aksi "bunuh diri" bagi Putin.
"Apa yang kami lihat adalah warga tidak bersalah menghadapi aksi agresi tanpa provokasi melawan Rusia, dan dalam responnya mereka melawan dengan tingkat ketahanan jauh lebih besar daripada yang sudah diperkirakan Kremlin."